PERKEMBANGAN KETERAMPILAN IPS
A.
Pengembangan Keterampilan Membaca dalam IPS
Pengembangan yang perlu dipelajari
dalam membaca, antara lain:
1. Pengembangan Keterampilan Pemahaman
Memahami suatu istilah dan atau konsep maka di perlukan keterampilan
memahami terhadap bacaan-bacaan yang ada. James Banks (1990) menyebut kemampuan
yang dimaksud dengan istilah kesadaran metakognitif yaitu sering
diartikan “mengetahui tentang mengetahui” (knowing about knowing) atau
“mengetahui bagaimana untuk mengetahui” (know how to know). Metakognitif
merupakan kesadaran tentang apa yang harus dilakukan untuk belajar. Dengan
kesadaran ini maka memungkinkan para pembaca berusaha menentukan apakah mereka
telah memahami dan kapan. Kemampuan yang diperlukan agar kemampuan metakognitif
ini muncul adalah kemampuan melakukan kontrol (monitoring) pemahaman terhadap
isi bacaan.Banks (1990) mengemukakan empat langkah untuk memonitoring adalah
sebagai berikut:
1)
Kita harus mengetahui kapan kita melakukan dan tidak
melakukan sesuatu.
2)
Kita harus mengetahui apa yang kita ketahui.
3)
Kita harus mengetahui apa yang mereka perlukan untuk
mengetahui.
4)
Kita harus mengetahui kegunaan teknik-teknik yang
membantu kita dalam belajar.
Empat langkah dalam memonitoring pemahaman membaca ini sangatlah
penting karena kesadaran metakognitif perlu adanya monitoring oleh diri sendiri
(self-monitoring) dan evaluasi diri (self-evaluation). Kemampuan membaca dalam
IPS perlu keterampilan khusus karena bahan bacaannya yang beragam. Jarolimek
& Parker (1993) mengemukakan sejumlah keterampilan membaca dalam IPS,
sebagai berikut:
Diharapkan siswa IPS adalah pembaca yang mampu:
Diharapkan siswa IPS adalah pembaca yang mampu:
1)
Membaca secara fleksibel.
2)
Menggunakan judul bab dan subbab sebagai alat bantu
membaca.
3)
Menggunakan kunci kontekstual untk mendapatkan makna.
4)
Menyesuaikan kecepatan membaca dengan tujuan.
5)
Menduga hubungan sebab-akibat.
6)
Menggunakan bahan referensi, bila perlu, untuk
memahami istilah kosa kata penting.
7)
Mencari data.
8)
Menggunakan bagian-bagian buku (seperti indeks, daftar
isi, pengantar, dan sebagainya) sebagai alat bantu membaca.
9)
Menunjukkan pilihan.
10) Menempatkan
fakta dan menduga ide-ide utama.
11) Membandingkan
penjelasan satu dengan yang lainnya.
12) Mengenal
kalimat-kalimat topik.
13) Menggunakan
keterampilan untuk menemukan bahan kepustakaan.
Membaca adalah proses berpikir, dan intinya adalah proses memaknai, yakni
merekontruksi makna. Proses pemaknaan ini dilakukan oleh pembaca disesuaikan
dengan situasi dan teks yang dibaca. Dengan demikian, membaca merupakan suatu
interaksi antara pembaca, teks, dan konteks. Membaca sering juga dikatakan
sebagai proses kognitif yang kompleks. Namun, bukan berarti bahwa pekerjaan
membaca tidak dapat disederhanakan. Jarolimek dan Parker menyarankan beberapa
keterampilan membaca isi buku teks, sebagai berikut:
1)
Memanfaatkan beberapa bagian buku-buku.
Bagian-bagian buku hendaknya dibelajarkan sebagai alat bantu dalam
memperoleh informasi. Seperti indeks, daftar isi, pengantar, dan sebagainya.
2)
Mengenali kalimat-kalimat topik.
Kalimat topik adalah sesuatu yang penting dalam setiap paragraf karena
kalimat ini memberi informasi tentang apakah paragraf tersebut. Adapun yang
harus dipelajari siswa:
·
Bahwa kalimat topik memberikan informasi tentang
apakah paragraf tersebut,
·
Bahwa kalimat lain dalam paragraf hanya menguraikan,
menjelaskan atau mendukung kalimat topik,
·
Bahwa kalimat topik biasanya, walaupun tidak selalu,
adalah kalimat pertama dalam suatu paragraf.
3)
Memanfaatkan teknik pengorganisasian buku.
Kita bisa menggunakan bagian-bagian dalam buku, seperti bab, subbab, peta,
chart, gambar, tabel, dan pendahuluan yang akan membantu pembaca dalam memahami
isi bacaan.
4)
Memanfaatkan gambar untuk membantu pemahaman.
Penggunaan alat bantu visual yang paling luas dalam buku adalah gambar,
foto, dan ilustrasi. Ini digunakan untuk memperoleh realisme, untuk
mengungkapkan pemikiran, untuk mengingat objek yang sebenarnya, singkatnya
untuk memberikan pemaknaan dalam belajar. Upaya ini dilakukan karena kata-kata
saja tidak cukup dapat menyampaikan pesan atau arti secara akurat, tepat, dan
cepat seperti gambar. Pesan yang dibawakan serta materi yang dibahas terdapat
sinkronisasi dan sinergisme. Jarolimek (1993) mengemukakan tujuan mendasar dari
pembelajaran dengan memanfaatkan alat bantu gambar, misalnya, adalah agar pesan
yang disampaikan betul-betul akurat. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan
adalah bahwa gambar, foto atau ilustrasi hendaknya disesuaikan dengan tingkat
perkembangan atau jenjang usia siswa. Dengan kata lain, alat bantu tersebut
hendaknya menjadi media yang dapat mempermudah penyampaian pesan.
2. Pengembangan Keterampilan
Vokabuler Sosial
Vokabuler atau
vokabularium sosial yang dimaksud disini adalah semua kata, perbendaharaan kata
atau kosa kata yang biasa digunakan dalam IPS. Setiap mata pelajaran memiliki
vokabuler masing-masing, misalnya himpunan, bilangan genap, bilangan ganjil,
bilangan prima merupakan vokabuler dalam Matematika.
Rendahnya penguasaan
vokabuler IPS merupakan salah satu penyebab utama rendahnya pemahaman dan
banyaknya kesalahan membaca dalam IPS. Apalagi apabila para penulis buku IPS
menyuguhkan kata-kata yang dirasakan sulit (asing) bagi para pembaca (siswa).
Kesulitan ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya, kata-kata
tersebut belum waktunya dikenal oleh siswa karena belum sesuai dengan tingkat
perkembangan usianya. Meskipun demikian, apabila seseorang berbicara atau
menulis tentang konsep-konsep IPS, maka vokabuler yang tepat haruslah
digunakan. Berikut ini adalah jenis kata atau istilah vokabuler sosial yang
sering muncul dalam IPS sehingga perlu dikenal.
·
Istilah teknis, ialah istilah, kata-kata, atau
ungkapan yang asing bagi IPS dan biasanya dijumpai ketika membaca. Misalnya:
veto, meridian, legislative, temperature, plato (dataran tinggi), kapitalisme,
demokrasi, abad, kuno, peradaban, dsb.
·
Istilah figuratif (kiasan), ialah ungkapan yang bersifat
metaporis; memiliki konotasi berbeda dari arti harfiah yang biasa digunakan.
Misalnya: flatform politik, perang dingin, pemimpin tangan besi, balas jasa,
politik pintu terbuka, politik adu domba (devide et impera), dsb.
·
Kata-kata yang berarti ganda, ialah kata-kata yang memiliki ejaan
yang sama tetapi memiliki makna berbeda sesuai dengan konteks. Misalnya: kamar,
kursi, meja hijau, dsb.
·
Istilah-istilah khas untuk suatu
wilayah tertentu,
ialah ungkapan-ungkapan khusus di suatu wilayah tertentu yang tidak biasa
digunakan di tempat lain. Misalnya: desa, udik, marga, nagari, dsb.
·
Kata-kata yang sama atau hampir sama
pengucapannya, ialah
kata-kata yang sama atau hampir sama baik ucapan maupun penulisannya namun
maknanya berbeda. Misalnya: malang dengan Kota Malang, KKN (kuliah kerja nyata)
dengan KKN (korupsi, kolusi, nepotisme),dsb.
·
Akronim, ialah kata-kata singkatan. Misalnya:
OPEC, ASEAN, KADIN, DEPDIKNAS, dsb.
·
Istilah-istilah penjumlahan, ialah kata-kata atau istilah yang
menunjukkan jumlah waktu, ruang, atau objek. Misalnya: tak lama kemudian, abad,
windu, beberapa tahun kemudian, dsb.
Apabila siswa dihadapkan
dengan persoalan seperti ini didalam kelas, maka guru perlu mengantisipasi
istilah atau kata-kata apa saja yang dianggap sulit oleh siswa ketika siswa
membaca buku teks. Dalam hal ini, ada dua jenis masalah vokabuler dalam IPS
yang hendaknya diantisipasi oleh guru. Pertama, ketidakcakapan mengenal jenis
kata; dan kedua, ketidaktahuan arti kata setelah ia mengenal jenis kata. Oleh
karena itu, kata dan istilah baruhendaknya disajikan dan dikembangkan dalam
konteks kalimat, bukan dalam pengertian kata demi kata.
Pengembangan
vokabulersosial dalam PS hendaknya dilakukan oleh guru dalam kondisi ketika
motivasi siswa sedang tinggi untuk belajar. Belajar kosa kata dengan cara
menghafal atau melihat kamus sebelum membaca buku teks bukanlah cara yang tepat
sehingga tak satupun ahli menganjurkan cara seperti ini. Strategi yang dianggap
tepat sebagaimana dianjurkan oleh Jarolimek & Parker (1993) adalah dengan
cara menuliskan kata-kata atau istilah kunci pada suatu kalimat dan
mendiskusikan maknanya. Dengan cara demikian maka para siswa dibawah bimbingan
guru dapat memilih istilah atau kata apa saja yang bermakna untuk membaca
materi selanjutnya.
Disamping itu, perlu juga
diperhatikan oleh guru bahwa melatih rasa sensitive bagi siswa dan menaruh
perhatian terhadap istilah dan kata-kata baru
sangatlah penting. Rasa ingin tahu yang tinggi terhadap kata atau
istilah baru merupakan aspek yang perlu dikembangkan untuk mencapai target
keberhasilan dalam membaca. Guru-guru hendaknya mendorong para siswa agar
menggunakan vokabuler sosial dalam proses belajar mengajar IPS baik dalam
diskusi maupun dalam tulisan atau karangan.
Untuk melatih para siswa
di bidang ini, guru dapat melibatkan siswa dalam permainan kata-kata. Misalnya,
guru menyajikan teka-teki, persamaan atau lawan kata, menyajikan teka-teki
silang, atau menyusun kata-kata agar membentuk makna. Kegiatan-kegiatan seperti
ini akan sangat membantu dalam mengenali kata-kata atau istilah baru. Adanya
papan berlatih yang menyajikan informasi baru termasuk istilah-istilah baru
dapat mendukung dalam pengembangan vokabuler sosial bagi siswa.
Proses mengkombinasikan
kata atau istilah baru yang telah diketahui artinya dengan cara menyusun
sehingga membentuk kata baru dan memaknainya merupakan teknik yang membantu
memperkaya vokabuler. Teknik yang dapat dilakukan adalah dengan cara
menambahkan awalan atau akhiran pada kata dasar. Misalnya, kata “daya” dapat dibentuk menjadi berdaya, pemberdayaan,
memberdayakan, “dikte” dapat dibentuk menjadi mendikte, “diktator” dapat
dibentuk menjadi kediktatoran, “adab” dapat dibentuk menjadi beradab, biadab,
peradaban, dsb
B.
Konsep Dasar Keterampilan Sosial
Secara umum keterampilan social dapat dipahami sebagai
prilaku yang dipelajari, bisa diterima secara social, yang memungkinkan orang
berinteraksi dengan orang lain melalui cara–cara yang menghasilkan respon positif
dan membantu dalam menghindari respon negatif dari orang lain tersebut.
Keterampilan social tidak hanya berhubungan dengan kemampuan untuk
menginisiasikan dan menjaga interaksi positif dengan orang lain, tetapi
berhubungan juga dengan kemampuan untuk mencapai tujuan yang individu miliki
untuk berinteraksi dengan orang lain.[1][1]
Pengertian keterampilan soaial menurut
morgan tidak hanya melibatkan unsur kemampuan seseorang untuk berinteraksi
dengan orang dan menjaga interaksi dengan baik, tetapi juga melibatkan unsure
tujuan dari orang yang saling berinteraksi. Seseorang menunjukan perilaku yang
terampil secara social dalam sebuah interaksi dengan orang lain untuk mencapai
tujuan tertentu melalui interaksi tertentu. Melalui pengutan dan pengukuhan dalam
keterampilan sosial ini, tentunya akan sangat berdamfak positif, sikap
nasoinalisme akan tumbuh, dan akan dapat mencegah adanya
penyimpangan-penyimpangan sosial. Keterampilan saling berbagi ini adalah salah
satu komponen yang ada di dalam keterampilan sosial, dan berdampingan dengan
keterampilan-keterampilan lainnya sehingga membentuk sebuah keterampilan
sosial.
C.
Keterampilan Saling Berbagi
Keterampilan saling berbagi adalah,
kecakapan, kemampuan, yang sudah tertanam dalam diri manusia untuk bisa
menerima dan memberi kepada sesama, rekan atau orang-orang yang ada didekatnya.
Berbagi disini memiliki arti yang sangat luas yaitu berbagi dalam hal materi,
non materi, ataupun bisa berbagi hal dalam bidang ilmu pengetahuan, maka dari
itu keterampilan saling berbagi ini harus ditanamkan sejak dini pada setiap
anak didik kita, supaya siswa dapat menerima segala bentuk perbedaan yang ada disekelilingnya,
dan saling mengasihi saling berbagi meski berbeda social. Keterampilan ini
sangat penting untuk di pupuk secara terus menerus supaya anak didik dapat
mengimplementasikannya di luar sekolah. Keterampilan saling berbagi ini juga
sangat mempengaruhi bagi berlangsungnya sebuah interaksi yang baik di
lingkungan. Tentu tidak baik jika seseorang tidak memiliki keterampilan ini,
karena diluar kita berinteraksi dan saling membutuhkan satu sama lain, dimana
keterampilan ini sangat diperlukan untuk berlangsungnya sebuah kebersamaan di
masyarakat. Dimasyarakat luas keterampilan ini bisa di artikan juga sebagai
kemampuan saling membantu satu sama lain, dalam mengatasi masalah khususnya
dalam masalah eksteren yang bersangkutan dengan masyarakat luas.
Keterampilan
saling berbagi, memang kedengarannya sangat mudah tapi kenyataannya keegoisan,
kelas social dan perbedaan masih menjadi kendala dalam penerapan keterampilan
ini dalam masyarakat luas, lalu bagaimana agar keterampilan ini dapat
diimplementasikan dengan baik dalam masyarakat, marilah kita mulai dari hal
terkecil yaitu kita bisa berbagi dengan orang didekat kita, berbagi
pengetahuan, dan berbagi lainnya yang bersipat positif tentunya. Kuncinya
jangan pernah berpikir kalau segala hal yang terjadi pada diri kita dapat
diatasi dengan sendiri, pada kenyataannya manusia adalah makhluk sosial yang
pastinya akan membutuhkan orang lain.
Keterampilan ini
perlu ditanamkan pada anak didik kita secara terus menerus, dengan cara seorang
guru harus mampu mengkondisikan anak didik pada keadaan yang memang mereka
harus saling berbagi, setia kawan dan tolong menolong, guru bisa menerapkan ini
dalam pembelajaran-pembelajarannya dikelas ataupun diluar kelas. Guru
memperkenalkan dan memberikan arahan pada anak didik kita tentang betapa
pentingnya keterampilan saling berbagi ini untuk dikuasai khususnya diterapkan
dalam kehidupannya dimasyarakat luas. Keterampilan sosial ini adalah upaya
untuk meningkatkan rasa nasionalisme terhadap bangsa, peduli pada sesama dan
terhindar dari penyimpangan sosial. Penyimpangan sosial seperti tawuran,
bentrok antar warga dan kerusuhan kerusuhan lainnya, hal ini disebabkan oleh
lemahnya keterampilan sosial salah satunya adalah keterampilan saling berbagi.
Maka dari itu keterampilan saling berbagi sebagai salah satu komponen dalam
keterampilan sosial perlu dikemas pada anak didik kita supaya dari sejak dini
mereka mengerti dan paham.
D.
Guru Sebagai fasilitator pengembang
keterapilan
Pendidikan merupakan
proses pembentukan kepribandian manusia yang bertujuan untuk membantu peserta
didik agar dapat menumbuh kembangkan potensi – potensi kemanusiaannya. Dalam
pendidikan guru berusaha memberikan pembelajaran kepadapara siswa untuk lebih
aktif mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Untuk mencapai pada tujuan
pendidikan guru sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar
sangat besar peranannya terutama dalam usaha pembelajaran siswa. Berhasil atau
tidaknya suatu pembelajaran tidak terlepas dari cara atau metode pengajaran
yang diterapkan guru disekolah. Oleh karena itu, guru dituntut untuk untuk
dapat memilih model mengajar yang tepat dan inovatif dalam menyajikan pelajaran. Mata pelajaran ilmu
pengetahuan soaial perlu diberikan kepada semua peserta didik dimulai dari
sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan untuk berfikir logis,
analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama, dalam membelajarkan
ilmu pengetahuan sosial kepada siswa, dan apabila guru masih menggunakan
paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran ilmu
pengetahuan soaial, maka pembelajaran kooperatip dapat dipilih menjadi
solusinya. Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dimana siswa belajar
dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda.[2][2]
Istilah ilmu
pengetahuan social (IPS) diarahkan pada penelaahan masyarakat, meliputi
kenyataan dan berbagai masalahnya melalui pembelajaran sejarah, geografi,
ekonomi, dan sosiologi. IPS secara lebih mendalam mengkaji hubungan antar
manusia yang mencakup hubungan individu dengan kelompok, kelompok dengan
kelompok, dan kelompok dengan Alam. Seorang guru harus jadi penyelam bagi
anak-anak didiknya termasuk untuk mengembangkan keterampilan saling berbagi
pada anak didiknya, siswa tidak akan mengenali sesutu jika tidak dikenalkan,
maka seorang guru harus berupaya untuk memperkenalkannya khususnya keterampilan
saling berbagi ini, pengenalan sedikit demi sedikit akan meneumbuhkan kepekaan
pada anak didik kita, memahami dan dengan berjalannya waktu anak didik kitapun
akan menguasai keterampilan saling berbagi ini dan siap diterapkan
dikehidupannya yang lebih luas yaitu masyarakat.
E.
Penanaman Sikap Saling Berbagi pada
Siswa
Sebagai makhluk sosial kita pasti membutuhkan
sosialisasi, membutuhkan orang lain, bantuan, dan semacamnya dan memang hal-hal
ini lah yang harus diterapkan dalam benak peserta didik kita. Sikap social atau
keterampilan saling berbagi sangat penting di tanamkan dalam diri anak,
khususnya bagi anak sekolah dasar karena anak yang masuk kesekolah dasar
merupakan awal dari pembentukan karakter, sikap, sifat, kepribadian, dan
prilaku dalam diri siswa sehingga seorang guru harus paham dan mampu dalam
menanamkan sikap social kedalam diri siswa.
Adapun beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menanamkan
sikap social khususnya sikap saling berbagi adalah dengan melalui kegiatan
belajar disekolah. Kegiatan belajar disekolah merupakan kegiatan yang bisa
menjadikan siswa untuk belajar banyak hal, terutama belajar dari figure seorang
guru, karena itu guru dituntut untuk selalu memberikan contoh yang baik untuk
siswa. Sosok seorang guru adalah sosok yang sangat penting, karena dari guru
siswa banyak belajar tentang berbagai pengetahuan. Dari seorang guru pula siswa
meniru dan belajar tentang sikap, berprilaku karena seorang guru akan selalu
menjadi contoh pada siswanya, baik dikelas, disekolah, dan baik diluar
sekolahpun guru menjadi pusat perhatian siswanya.
Menurut guru dalam
menanamkan sikap social dalam diri siswa, yang paling berperan adalah keluarga
di rumah, karena keluargalah yang memiliki banyak waktu bersama siswa di rumah
dan selanjutnya adalah lingkungan sekolah. Begitupun cara yang guru lakukan
yaitu guru mempersiapkan RPP, media dan materi yang akan guru bahas kemudian
pada saat mengajar guru selalu memberikan kalimat-kalimat positif yang bisa
menumbuhkan rasa sikap social pada siswa yang didalamnya terdapat aspek-aspek
keterampilan salah satunya siswa akan memiliki keterampilan saling berbagi pada
sesamanya. Ketika
guru menjelaskan sebuah materi pembelajaran guru selalu mengkaitkannya dengan
sikap-sikap sosial
yang ditanamkan dalam diri siswa. Begitu juga ketika mengajar pelajaran IPS,
kalimat-kalimat pembangkit.
Berdasarkan hasil
survey (Enok Maryani)
menunjukan bahwa pengembangan keterampilan social/keterampilan saling berbagi
erat kaitannya dengan materi, metode, media, dan evaluasi pembelajaran. Materi
yang bermuatan isu-isu kontemporer bersifat problem solving efektif terhadap
pengembangan keterampilan social peserta didik yaitu keterampilan saling
berbagi. Cooperative learning mengembangkan keterampilan saling berbagi yang
lebih baik, semakin konkrit media semakin efektif untuk pengembangan
keterampilan saling berbagi pada siswa. Misalnya, pemanfaatan lingkungan
sekitar, film, kunjungan kerja, dan media lainnya yang bersifat partisipatif
dan interaktif. Keterampilan saling berbagi dapat berkembang melalui kerja sama
kelompok, membangun pemahaman, tanya jawab diskusi, dan observasi. Media yang
interaktif lebih membangun pemahaman dan interaksi siswa. Pengembangan
keterampilan saling berbagi melalui proses pembelajaran, oleh karena itu peran
guru di dalam kelas sangat penting. Dalam hal ini guru berfungsi sebagai
fasilitator dan mediator, yang dapat mengarahkan pembelajaran kearah produktif,
supaya peserta didik senantiasa dibantu dan diarahkan oleh guru sehingga apa
yang diperbuatnya menjadi terarah dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Sebagai support sistem, kepala sekolah mempunyai peran yang sangat strategis
dalam mendukung pengembangan keterampilan social/keterampilan saling berbagi
dalam bentuk kebijakan, penyediaan sarana dan prasarana, suasana kondusif,
keteladanan dan asfek manajerial lainnya.
F.
Model dan Pembelajaran Keterampilan
Saling Berbagi
Model pembelajaran
yang ditujukan untuk meningkatkan keterampilan social pada dasarnya mengarah
pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk social, tidak dapat
hidup sendiri, saling membutuhkan dan saling tergantung satu terhadap lainnya
yang bisa dilakukan melalui seting pembelajaran kelompok, seperti pendapat
Sja’roni (2008) bahwa dalam pembelajaran berbasis kelompok, terdapat unsure
latihan keterampilan saling berbagi.
Ibrahim, dkk
(2000:18) mengemukakan bahwa partisipasi aktif dalam kelompok kecil mmbantu
siswa belajar keterampilan social yang penting disamping secara bersamaan
mengembangkan sikaf demokratis dan keterampilan berfikir logis. Dua pendapat
diatas menunjukanbahwa keterampilan social khususnya keterampilan saling
berbagi dapat dikembangkan melalui pembelajaran berbasis pengalaman dalam
seting kelompok. Beberapa model pembelajaran yang relevan untuk menunjang
tumbuhnya keterampilan saling berbagi bada siswa/peserta didik kitya:
1.
Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah
satu upaya pendidikan untuk mengembangkan jiwa homo homini socius, menekankan
pada hakikat manisia sebagai makhluk social yang tidak bisa hidup sendiri,
membutukan pertolongan orang lain sehingga manusia perlu memiliki kemampuan
bekerjasama dan keterampilan saling berbagi karena memiliki arti yang sangat
penting untuk kelangsungan hidupnya. Pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang dilakukan melalui penggunaan kelompok kecil dimana para siswa
bekerja sama dan saling berbagi untuk memaksimalkan belajarnya (secara pribadi)
dan belajar diantara anggota kelompok tersebut.[3][3]
Siswa dibagi dalam
kelompok kecil antara empat sampai enam orang yang heterogen dari segi
kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, untuk saling membantudalam memperoleh
pemahaman terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Siswa diajak untuk
terlibat secara aktif dalam belajar dengan mengerahkan seluruh kemampuannya,
didalam hal ini guru mungkin akan mengalami kesulitan dalam mengelompokan siswa,
karena siswa cenderung ingin berkelompok dengan orang-orang yang dikenalnya.
Seperti pendapat Scott Gordon (Lie,2004:41) pada dasarnya manusia senang
berkumpul dengan yang sepadan dan membuat jarak dengan yang berbeda. Namun,
pengelompokan dengan orang lain Yang yang sepadan dan serupa ini bisa
menghilangkan kesempatan anggota kelompoknya untuk memperluas wawasan dan
memperkaya diri, karena dalam kelompok homogeny tidak terdapat banyak perbedaan
yang bisa mengasah proses berpikir, bernegoisasi, dan berkembang. Jadi melalui
pengelompokan kecil tetapi memiliki perbedaan dari segi kemampuan ini akan
membentuk keterampilan social pada siswa khususnya dalam pengembangan
keterampilan saling berbagi, dimana setiap siswa akan berbagi pengetahuan satu
sama lain yaitu belajar sambil mengajar.
Pembelajaran
kooperatip memang meningkatkan kontak di antara para siswa, memberikan mereka
dasar untuk saling berbagi kesamaan (keanggotaan kelompok), melibatkan mereka
dalam kegiatan bersama yang menyenangkan, dan membuat mereka bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama (Slavin. 2008: 134).
Pembelajaran
kooperatif disusun sebagai usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, dan
keterampilan saling berbagi pada siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan serta
memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi serta belajar bersama
dengan siswa lain yang berbeda untuk menumbuhkan keterampilan saling berbagi
pada siswa pada siswa lainnya ataupun pada sesame setelah ia terjun
kelingkungan yang lebih luas lagi. yang harus dikembangkan sebagai bekal dalam
melakukan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan, baik dilingkungan masyarakat
maupun didunia kerja kelak.
2.
Model Pembelajaran di luar Kelas
Seorang guru dapat memanfaatkan lingkungan sebagai media
dalam mengajar anak didiknya, lalu bagaimana, dan pembelajaran seperti apa yang
dapat merangsang keterampilan saling berbagi pada anak didiknya. Seorang guru
dapat melakukan banyak hal dilingkungan misalnya melakukan acara
kemping/pramuka, kegiatan ini dapat merangsang keterampilan mereka khususnya
saling berbagi, disadari atau tidak mereka akan melakukan keterampilan itu,
seperti berbagi makanan, berbagi sesuatu yang mungkin temannya tidak mempunyai.
3.
Pngajaran Nilai pada siswa
Nilai menurut Mulyana (2004:11), adalah
rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Nilai merupakan sesuatu yang
diinginkan sehingga melahirkan tindakan pada diri seseorang. Menurut Frankel
(Kartawisastra, 1980:1) nilai adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan,
kebenaran, dan efisiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya untuk dijalankan
dan dipertahankan.
Nilai
merupakan fondasi penting dalam menentukan karakter suatu masyarakat dan suatu
bangsa. Nilai tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi melalui proses penyebaran
dan penyadaran, yang salah satunya adalah pendidikan di sekolah. Pendidikan
nilai menurut Mulyana (2004:119) adalah pengajaran atau bimbingan kepada
peserta didik agar menyadari kebenaran, kebaikan, dan keindahan melalui proses
pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten.
Pendidikan
nilai dimaksudkan untuk membantu peserta didik agar memahami, menyadari, dan
mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkannya secara integral dalam
kehidupan. Jadi melalui pendidikan nilai ini seorang guru bisa memasukkan
keterampilan-keterampilan sosial khususnya keterampilan saling berbagi. Karena
nilai merupakan kumpulan sikap perasaan ataupun anggapan terhadap sesuatu hal
mengenal baik-buruk, benar-salah, mulia-hina, maupun penting tidak penting.[4][4]
Kesimpulan
Keterampilan sosial diantaranya
keterampilan saling berbagi sangat berperan dalam kehidupan kita dimasyarakat,
seseorang tidak akan dapt hidup berdampingan dengan baik jika mereka tidak
memiliki keterampilan sosial, melalui keterampilan sosial ini juga setidaknya
bisa mencegah atau menjadi benteng pertahanan dari tindakan-tindakan negative
seperti korupsi, tawuran dll yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Dengan
demikian keterampilan ini sangat disarankan untuk ditanamkan pada diri siswa
dari sedini mungkin, satu tujuannya yaitu agar siswa-siswa kita sebagai penerus
bangsa bisa terbiasa dan mampu menerapkannya dilingkungan masyarakat tempat ia
tinggal. Keterampilan saling berbagi adalah kemampuan saling menghargai,
menghormati, dan respek terhadap orang dengan cara membantu, dan bekerja sama
untuk memecahkan sebuah masalah.
http://wedanganget.blogspot.com/2012/03/makalah-pengembangan-keterampilan.html
Eilha-dhiansyah.blogspot.com/2015/03/ketrampilan-ips.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar