Keterampilan Membuka Dan Menutup
Pelajaran
Keterampilan membuka
pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mempersiapkan mental
dan menimbulkan perhatian siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa terpusat pada
hal-hal yang akan dipelajari. Kegiatan membuka pelajaran semacam itu tidak saja
harus dilakukan guru pada awal jam pelajaran tetapi juga pada awal setiap
penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu.
Untuk menyiapkan mental siswa terhadap hal-hal yang akan dipelajari, guru
dapat melakukan usaha-usaha dengan memberi acuan dan membuat kaitan antara
materi pelajaran yang telah dikuasai siswa dengan bahan baru yang akan
dipelajari. Siswa yang mentalnya siap untuk belajar adalah mereka yang telah
mengetahui tujuan pelajaran, mengetahui masalah-masalah pokok yang harus
diperhatikan, mengetahui langkah-langkah kegiatan belajar yang akan
dilakukan, dan mengetahui batas-batas tugas yang harus dikerjakan untuk
menguasai pelajaran tersebut. Untuk menimbulkan perhatian dan motivasi siswa
terhadap hal-hal yang akan dipelajari, guru dapat melakukan usaha-usaha
menimbulkan rasa ingin tahu, bersikap hangat dan antusias, memvariasikan cara
mengajarnya, menggunakan alat-alat bantu mengajar, memvariasikan pola
interaksi dalam kelas, dan sebagainya. Siswa yang perhatian motivasinya telah
timbul nampak asyik dalam melakukan tugas, semangat dan kualitas responnya
tinggi, ada pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan, dan cepat mereaksi
terhadap saran-saran guru.
Kegiatan membuka
pelajaran tidak mencakup urut-urutan kegiatan rutin seperti menertibkan
siswa, mengisi daftar hadir, menyampaikan pengumuman, menyuruh menyiapkan
alat-alat pelajaran dan buku-buku yang akan dipakai dan lain sebagainya yang
tidak berhubungan dengan penyampaian materi pelajaran. Kegiatan membuka
pelajaran ada kaitannya langsung dengan penyampaian materi pelajaran.
Kegiatan menutup
pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk me-ngakhiri kegiatan inti
pelajaran. Usaha menutup pelajaran tersebut dimaksudkan untuk memberikan
gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui
tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar. Usaha-usaha yang
dapat dilakukan guru antara lain adalah merangkum kembali atau menyuruh siswa
membuat ringkasan dan mengadakan evaluasi tentang materi pelajaran yang baru
diberikan. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup
pelajaran ini harus dilakukan guru tidak saja pada akhir jam pelajaran tetapi
juga pada akhir setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan
selama jam pelajaran itu. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan
menutup pelajaran juga tidak mencakup urut-urutan kegiatan rutin seperti
memberi tugas dirumah, tetapi kegiatan yang ada kegiatan langsung dengan
penyampaian materi pelajaran.
Namun demikian, dalam pembelajaran
guru sering tidak melakukan usaha membuka dan menutup pelajaran tersebut.
Setelah melakukan tugas rutin seperti menenangkan kelas, mengisi daftar
hadir, menyuruh siswa menyiapkan alat-alat pelajaran guru langsung saja masuk
pada kegiatan inti pelajaran. Misalnya guru berkata: “Anak-anak hari ini pak
guru akan mengenalkan macam-macam bangun ruang, bangun ruang adalah ...”
Setelah pelajaran usai guru tidak melakukan usaha menutup pelajaran. Ia
langsung berkata: “Anak-anak waktunya sudah habis, pelajaran ini kita
lanjutkan besok. Selamat siang anak-anak. Selain itu, dalam inti pelajaran
yang bermaksud mengajarkan macam-macam bangun ruang dengan sifat-sifatnya,
guru menerangkan terus sampai selesai tanpa ada usaha merangkum ciri-ciri
bangun ruang. Disamping itu, guru juga tidak melakukan kegiatan membuka
pelajaran sebelum menerangkan pengertian bangun ruang. Prosedur mengajar
demikian itu tidak memungkinkan mental siswa siap untuk menerima pelajaran
dan perhatian siswa belum terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Sebagai
akibatnya adalah siswa akan merasa bahwa pelajaran yang diterimanya
membosankan, tidak bermakna baginya, sukar dipahami, dan mereka akan tidak
berusaha keras untuk memahaminya.
Ada berbagai alasan mengapa guru
tidak melakukan kegiatan membuka dan menutup pelajaran antara lain karena
lupa, tidak ada waktu, atau memang belum mempunyai keterampilan untuk
melaksanakannya. Karena pentingnya fungsi membuka dan menutup pelajaran ini
dalam pembelajaran, maka sangat perlu bagi setiap guru untuk memperoleh
pengalaman serta latihan yang intensif dalam membuka dan menutup pelajaran.
Prinsip-prinsip penggunaan
Penggunaan keterampilan membuka
dan menutup pelajaran dalam pembelajaran, mempunyai pengaruh positif terhadap
proses dan hasil belajar. Pengaruh positif itu antara lain:
1. Timbulnya perhatian dan motivasi
siswa untuk menghadapi tugas-tugas yang akan dikerjakan.
2. Siswa mengetahui dengan pasti
batas-batas tugas yang akan dikerjakan.
3. Siswa mempunyai gambaran yang
jelas tentang pendekatan-pendekatan yang mungkin diambil dalam mempelajari
bagian-bagian dari suatu mata pelajaran.
4. Siswa mengetahui hubungan antara
pengalaman-pengalaman yang telah dikuasai dengan hal-hal baru yang akan
dipelajari atau yang masih asing baginya.
5. Siswa dapat menggabungkan
fakta-fakta, keterampilan-keterampilan atau konsep-konsep yang tercakup dalam
suatu peristiwa, serta
6. Siswa dapat mengetahui tingkat
keberhasilannya dalam mempelajari pelajaran itu, Sedangkan guru dapat
mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mengajar.
Sebagaimana keterampilan mengajar
lainnya, ada prinsip-prinsip yang mendasari penggunaan komponen keterampilan
membuka dan menutup pelajaran yang harus dipertimbangkan oleh guru.
Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut:
a. Bermakna
Dalam
usaha menarik perhatian atau memotivasi siswa guru hendaknya memilih cara
yang relevan dengan isi dan tujuan pelajaran. Cara atau usaha yang sifatnya
dicari-cari atau dibuat-buat hendaknya dihindarkan. Ceritera singkat atau
lawakan yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran mungkin sementara bisa
memikat siswa tetapi akan gagal dalam mewujudkan kelangsungan penguasaan
pelajaran
b. Berurutan dan berkesinambungan
Aktivitas
yang ditempuh oleh guru dalam memperkenalkan dan merangkum kembali
pokok-pokok penting pelajaran hendaknya merupakan bagian dari kesatuan yang
utuh. Dalam mewujudkan prinsip berurutan dan berkesinambungan ini perlu
diusahakan suatu susunan yang tepat, berhubungan dengan minat siswa, ada
kaitannya yang jelas antara satu bagian dengan bagian lainnya, atau ada
kaitannya dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimilki siswa.
Komponen-Komponen Keterampilan Membuka Pelajaran
Penerapan keterampilan membuka
pelajaran pada awal suatu jam pelajaran atau pada setiap penggal kegiatan
dalam inti pelajaran, guru harus melakukan kegiatan membuka pelajaran.
Komponen-komponen keterampilan membuka pelajaran itu meliputi: menarik
perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberikan acuan dan membuat kaitan.
Tiap komponen terdiri dari beberapa kelompok aspek dan kegiatan yang saling
berhubungan. Sebagai keterampilan maka sifatnya integratif dan ada beberapa
komponen yang tumpang tindih. Komponen-komponen dan aspek-aspeknya menurut
Abimanyu (1985) adalah sebagai berikut:
1. Menarik perhatian siswa
Banyak cara yang dapat digunakan
guru untuk menarik perhatian siswa, antara lain seperti berikut:
a. Gaya mengajar guru.
Guru hendaknya memvariasikan gaya
mengajarnya agar dapat menimbulkan perhatian siswa. Misalnya guru memilih
posisi di kelas dan memilih kegiatan yang berbeda dari yang biasanya dia
kerjakan dalam membuka pelajaran. Kali ini ia berdiri di tengah-tengah kelas
sambil bertanya pada siswa tentang kegiatan siswa di rumah yang mungkin ada
hubungannya dengan materi yang akan diajarkan. Pada kesempatan lain mungkin
guru berdiri di belakang atau di muka kelas lalu bercerita dengan ekspresi
wajah yang meyakinkan dan nada suara yang menunjukkan rasa bangga.
b. Penggunaan alat bantu mengajar
Guru dapat menggunakan alat-alat
bantu mengajar seperti gambar, model, skema, dan sebagainya untuk menarik
perhatian siswa. Alat-alat bantu mengajar selain dapat menarik perhatian
siswa, dapat pula menimbulkan motivasi dan memungkinkan terjadi kaitan antara
hal-hal yang telah diketahui dengan hal-hal baru yang akan dipelajari.
Misalnya dalam mengajarkan simetri, guru membawa gambar-gambar kupu-kupu,
orang, cecak. Kemudian menunjukkan bangun-bangun datar yang akan ditentukan
sumbu simetrinya
c. Pola interaksi yang bervariasi
Variasi pola interaksi guru siswa
yang biasa, seperti guru menerangkan siswa mendengarkan, atau guru bertanya
siswa menjawab, hanya dapat menimbulkan rangsangan permulaan saja. Siswa
belum sepenuhnya dapat memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang akan
dipelajari. Oleh karena itu, agar siswa dapat tertarik perhatiannya, guru
hendaknya mengadakan pola interaksi yang bervariasi dalam menyelenggarakan
pembelajaran. Seperti misalnya guru memberi perintah siswa mengerjakan
perintah itu, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, guru atau
siswa yang lainya menjawab pertanyaan itu, siswa berinteraksi dengan siswa lainnya
dalam diskusi kelompok kecil (buzz-groups) atau dalam suatu
eksperimen, guru mengemukakan masalah yang menarik ke seluruh kelas lalu
siswa-siswa diminta mengemukakan pendapat mereka, atau guru menunnjukkan
barang yang bisa ditonton seperti model-model yang ada manfaatnya lalu siswa
diminta untuk melihatnya secara bergiliran baik secara kelompok atau
sendiri-sendiri.
2. Menimbulkan motivasi
Salah satu tujuan dari prosedur
membuka pelajaran adalah memilih secara hati-hati hal-hal yang menjadi perhatian
siswa. Hal-hal yang menjadi perhatian siswa itu hendaknya dapat digunakan
untuk menimbulkan motivasi. Dengan adanya motivasi itu, pembelajaran menjadi
dipermudah. Oleh karena itu, guru hendaknya melakukan berbagai cara untuk
menimbulkan motivasi itu. Sedikitnya ada 4 (empat) cara untuk menimbulkan
motivasi, yaitu:
a. Dengan kehangatan dan
keantusiasan.
Guru hendaknya bersikap ramah,
antusias, bersahabat, dan hangat. Sebab sikap yang demikian itu dapat
menimbulkan faktor-faktor dari dalam yang mendorong tingkah laku dan
kesenangan dalam mengerjakan tugas. Siswa akan timbul motivasinya untuk
belajar.
b. Dengan menimbulkan rasa ingin tahu
Guru dapat membangkitkan motivasi
siswa dengan cara menimbulkan rasa ingin tahu dan keheranan pada siswa.
Misalnya ibu akan membunyikan jari ibu. Satu menit berikutnya ibu akan
membunyikan lagi. Kemudian membunyikan lagi dua menit sesudah itu, lalu empat
menit, delapan menit, enam belas menit dan seterusnya. Setiap kali ibu
melipatduakan menitnya. Berapa kali ibu akan membunyikan jari tangan ibu
selama satu jam. Cara-cara ini sangat baik untuk menimbulkan motivasi siswa.
c. Mengemukakan ide yang bertentangan
Untuk menimbulkan motivasi siswa,
guru dapat melontarkan ide-ide yang bertentangan dengan mengajukan masalah
atau kondisi-kondisi dari kenyataan sehari-hari. Misalnya, guru mengajukan
masalah sebagai berikut: “Balok merupakan bangun dimensi tiga yang mempunyai
panjang, lebar dan tinggi, jadi balok termasuk bangun ruang. Kerucut tidak
mempunyai panjang dan lebar tetapi masih termasuk bangun ruang. Mengapa?”
d. Dengan memperhatikan minat siswa
Guru dapat menimbulkan motivasi
siswa dengan cara menyesuaikan topik-topik pelajaran yang diminati siswa.
Untuk memperhatikan minat siswa dalam pembelajaran matematika dapat diberikan
contoh sebagai berikut. Meminta siswa membuat dugaan tentang ukuran suatu
benda. Berapa kira-kira banyaknya air yang dapat dimasukkan dalam suatu drum
sampai penuh. Atau contoh lain, berapa kilo berat uang logam sebanyak seratus
rupiah. Contoh-contoh tersebut sangat menarik minat siswa dalam mengikuti
pelajaran.
3. Memberi acuan (structuring)
Memberi acuan diartikan sebagai
usaha mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkaian alternatif yang
memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang akan
dipelajari dan cara yang hendak ditempuh dalam mempelajari materi pelajaran.
Untuk itu usaha dan cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah:
a. Mengemukakan tujuan dan
batas-batas tugas.
Guru hendaknya terlebih dahulu
mengemukakan tujuan pelajaran dan batas-batas tugas yang harus dikerjakan
oleh siswa, agar mereka memperoleh gambaran yang jelas tentang ruang lingkup
materi pelajaran yang akan dipelajari serta tugas-tugas yang harus dikerjakan.
Misalnya, guru pertama-tama berkata, hari ini kita akan belajar tentang
pengumpulan data. Perhatikan alat peraga yang ibu bawa (timbangan dan
meteran). Kumpulkanlah data berat dan tinggi badan teman-temanmu menggunakan
alat peraga tesebut.
b. Menyarankan langkah – langkah yang
akan dilakukan
Pada permulaan atau pada saat-saat
tertentu selama penyajian pelajaran, siswa akan terarah usahanya dalam
mempelajari materi pelajaran jika guru dapat memberi saran-saran tentang
langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan. Misalnya, tugas kalian sekarang
adalah membuktikan rumus volum kerucut dengan pendekatan volum tabung.
Langkah yang harus kalian kerjakan adalah pertama memasukkan beras atau pasir
ke dalam kerucut, lalu tuangkan beras tersebut ke dalam tabung, lakukan hal
tersebut sampai tabung penuh. Kemudian buatlah kesimpulan dari kegiatan yang
kalian lakukan.
c. Mengingatkan masalah pokok yang
akan dibahas
Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan guru untuk mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas. Misalnya
dengan mengingatkan siswa untuk menemukan hal-hal positif dari sifat-sifat
tentang sesuatu konsep, manusia, benda, gambar-gambar, dan sebagainya. Di
samping hal-hal positif, kemudian siswa perlu pula diingatkan untuk menemukan
hal-hal yang negatif, yang hilang atau yang kurang lengkap. Misalnya guru
berkata: Amatilah macam-macam model bangun datar segitiga ini, jelaskan
mengapa ada yang disebut segitiga samakaki, segitiga samasisi, dan segitiga
sembarang, serta ada yang bukan disebut model bangun datar segitiga.
d. Mengajukan pertanyaan – pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan guru sebelum mulai menjelaskan materi pelajaran akan mengarahkan
siswa dalam mengantisipasi isi pelajaran yang akan dipelajari. Misalnya,
sebelum menjelaskan cara membagi dua pecahan, guru dapat mengajukan
pertanyaan sebagai berikut, ibu mempunyai setengah loyang kue, kue tersebut
akan dibagi dua sama besar dan akan diberikan pada kedua anaknya, berapa
bagiankah kue yang diterima masing-masing anaknya? Dengan pertanyaan tersebut
diharapkan dapat membantu siswa untuk memahami cara membagi dua pecahan.
4. Membuat kaitan
Jika guru akan mengajarkan materi
pelajaran yang baru, guru perlu menghubungkannya dengan hal-hal yang telah
dikenal siswa atau dengan pengalaman-pengalaman, minat, dan
kebutuhan-kebutuhan siswa. Hal itulah yang disebut bahan pengait. Contoh
usaha-usaha guru untuk membuat kaitan:
a. Membuat kaitan antar aspek-aspek
yang relevan dari bidang studi yang telah dikenal siswa. Dalam permulaan
pelajaran guru meninjau kembali sampai seberapa jauh pelajaran yang diberikan
sebelumnya telah dipahami. Caranya, guru dapat mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pada siswa, tetapi dapat pula merangkum isi materi
pelajaran terdahulu secara singkat. Misalnya, sebelum mengajarkan pembagian
dua pecahan, guru mengulang kembali bagaimana mengalikan bilangan pecahan.
b. Guru membandingkan atau
mempertentangkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui.
Hal ini dilakukan jika bahan baru itu erat kaitannya dengan bahan pelajaran
yang telah dikuasai. Misalnya, guru lebih dahulu mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang pengurangan
dan perkalian bilangan cacah sebelum mengajarkan pembagian bilangan cacah.
c. Guru menjelaskan konsep atau
pengertiannya lebih dahulu sebelum menyajikan bahan secara terperinci. Hal
ini dilakukan karena bahan pelajaran yang akan dijelaskan sama sekali baru.
Misalnya, untuk menjelaskan perkalian dua guru terlebih dahulu menjelaskan
jumlah kaki unggas, seperti ayam, itik, burung, sepeda, sepeda motor, dan
sebagainya.
Komponen-Komponen Keterampilan Menutup Pelajaran
Menjelang akhir dari suatu
pelajaran atau pada akhir setiap penggal kegiatan, guru harus melakukan
kegiatan menutup pelajaran. Hal ini harus dilakukan agar siswa memperoleh
gambaran yang utuh tentang pokok-pokok materi pelajaran yang telah
dipelajari. Menurut Abimanyu (1985) cara-cara yang dapat dilakukan guru dalam
menutup pelajaran ini adalah sebagai berikut:
1. Meninjau Kembali
Menjelang akhir suatu jam
pelajaran atau pada akhir setiap penggal kegiatan, guru meninjau kembali
apakah inti pelajaran yang diajarkan telah dikuasai siswa. Ada dua cara
meninjau kembali penguasaan inti pelajaran itu, yaitu merangkum inti
pelajaran dan membuat ringkasan.
a. Merangkum inti pelajaran.
Pada
dasarnya kegiatan merangkum inti pelajaran ini terdapat sepanjang proses
pembelajaran. Misalnya, pada saat guru selesai menjelaskan ciri-ciri bangun
ruang kubus, atau jika guru membuat kesimpulan secara lisan hasil diskusi
yang ditugaskan pada siswa, setelah selesai sejumlah pertanyaan dijawab oleh
siswa, pada saat menjelang pergantian topik bahasan, dan tentu saja pada saat
pembelajaran akan diakhiri. Selain guru, siswa dapat juga diminta untuk
membuat rangkuman secara lisan. Tetapi jika rangkuman yang dibuat oleh siswa
itu salah atau kurang sempurna, guru harus membetulkan atau menyempurnakan
rangkuman itu.
b. Membuat ringkasan
Cara lain
yang dapat ditempuh untuk memantapkan pokok-pokok materi yang diajarkan
adalah membuat ringkasan. Selain manfaat tersebut, dengan ringkasan itu siswa
yang tidak memiliki buku sumber atau siswa yang lambat belajar dapat
mempelajarinya kembali. Pembuatan ringkasan itu dapat dilakukan oleh guru,
dapat pula dilakukan oleh siswa secara perorangan atau kelompok, dan dapat
pula dilakukan oleh guru dan siswa bersama-sama. Misalnya, setelah pelajaran
statistika tentang pengumpulan dan pengolahan data selesai, siswa diminta
membuat ringkasan cara mengolah data yang telah dikumpulkan siswa melalui
percobaan. Hasil diskusi tersebut ditulis di kertas lebar dan menempelkannya
di dinding atau di papan tulis serta mengemukakan hasil rumusan kelompok itu
ke seluruh kelas untuk memperoleh tanggapan.
2. Mengevaluasi
Salah satu upaya untuk mengetahui
apakah siswa sudah memperoleh wawasan yang utuh tentang suatu konsep yang
diajarkan selama satu jam pelajaran atau sepenggal kegiatan tertentu adalah
dengan penilaian. Untuk maksud tersebut guru dapat meminta siswa menjawab
pertanyaan-pertanyaan secara lisan atau mengerjakan tugas-tugas.
Bentuk-bentuk evaluasi itu secara
terperinci adalah sebagai berikut:
a. Mendemonstrasikan keterampilan.
Pada akhir satu penggal kegiatan
siswa dapat diminta untuk mendemonstrasikan keterampilannya. Misalnya,
setelah guru selesai menerangkan konsep matematika, guru meminta siswa untuk
mengerjakan soal di papan tulis.
b. Mengaplikasikan ide baru pada
situasi lain
Misalnya, setelah guru menerangkan
penjumlahan dua pecahan lalu siswa disuruh menyelesaikan soal cerita yang
berkaitan dengan penjumlahan pecahan.
c. Mengekspresikan pendapat siswa
sendiri
Guru dapat meminta siswa untuk
memberi komentar tentang keefektifan sesuatu demonstrasi yang dilakukan guru
atau siswa-siswa lain. Misalnya, setelah permainan peran (role-playing)
tentang aritmatika sosial dalam bahasan pengenalan mata uang selesai, lalu
siswa diminta untuk mengemukakan pendapat dan perasaan mereka tentang peran
yang dimainkan.
d. Soal – soal tertulis
Guru dapat memberikan soal-soal
tertulis untuk dikerjakan siswa. Soal-soal tertulis itu dapat berbentuk
uraian, tes objektif, atau melengkapi lembaran kerja.
Penerapan Keterampilan Membuka dan Menutup
Dalam menerapkan keterampilan
membuka dan menutup pelajaran pada pembelajaran matematika, cobalah Anda ajak
teman sejawat untuk melaksanakan simulasi. Sepuluh siswa sebagai murid, empat
teman sejawat untuk mengobservasi dan satu orang sebagai guru. Dari prosedur
yang dilakukan observasilah kegiatan tersebut dengan menggunakan lembar
observasi keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Berikut ini contoh
skenario membuka dan menutup pelajaran untuk pelajaran kelas 4.
Catatan:
1. Untuk keperluan ini dipersiapkan
model-model bangun ruang kubus dan balok, benda-benda kubus dan balok yang
ada di lingkungan siswa, serta gambar-gambar model kubus dan balok (kotak
pasta gigi, kotak korek api, dadu, kotak susu, kotak kue, dll)
2. Usaha rutin guru seperti selamat
pagi, mengabsen, mengatur tempat duduk, memeriksa alat-alat belajar, dan
sebagainya tidak dicantumkan dalam naskah pembicaraan guru ini.
G: Anak-anak, hari ini kita akan
melanjutkan pelajaran matematika. Perhatikan baik-baik benda-benda yang ibu
bawa ini, coba sebutkan satu persatu nama benda ini! Ya, kamu Tuti!
T: Kotak pasta gigi, kotak korek
api, dadu, kotak susu, kotak kue.
G: Ya, benar sekali jawabanmu
Tuti. Benda-benda ini ada hubungannya dengan materi yang akan kita bahas hari
ini. (Guru menuliskan topik di papan tulis). Dalam pembelajaran ini ibu
mengharapkan kalian mengetahui hal-hal sebagai berikut: (guru mengucapkan
lalu menulis di papan tulis)
Perbedaan bangun kubus dan bangun
balok
Nah anak-anak marilah kita mulai
membicarakan tentang ciri-ciri bangun kubus, dan bangun balok. Siapa yang mau
mencoba menjelaskan mengapa bangun ini disebut kubus dan ini disebut balok?
Ya, Tuti!
T: Balok panjang dan kubus pendek.
G: Siapa lagi yang ingin mencoba
menjawab? (belum ada tanda-tanda siswa akan menjawab). Coba kalian bandingkan
rusuk setiap kubus dan rusuk setiap balok. Bagaimana Ida?
I: Rusuk kubus lebih pendek dari
rusuk balok
G: Marilah sekarang kita ukur
panjang masing-masing rusuk setiap bangun ini. (Guru membagikan model-model
bangun kubus dan balok perkelompok) Amati baik-baik bangun tersebut lalu
ukurlah rusuk-rusuknya dan tuliskan dibuku hasil ukurannya. Untuk kegiatan ini
ibu beri waktu 10 menit. Ada yang masih kurang jelas? (Siswa mengukur
rusuk-rusuk kubus dan rusuk balok dengan mistar, guru berkeliling mengawasi
dan memberi bantuan bila diperlukan)
Nah anak-anak, siapa yang igin
mencoba melaporkan hasil pengukurannya? ... Heni.
H: Semua rusuk kubus sama panjang,
sedangkan rusuk balok tidak.
G: Ya, betul. Siapa lagi yang
ingin menambahkan menambah jawaban Heni? Nah anak-anak kalau kita lihat hasil
pengukuran setiap kelompok, maka dapat kita simpulkan bahwa: keenam rusuk
kubus sama panjang, sedangkan rusuk balok tidak sama panjang. Ada yang ingin
bertanya?
S: Tidak bu, sudah jelas (hampir
bersama-sama)
G: Nah anak-anak, kalian sudah
mengetahui perbedaan rusuk kubus dan rusuk balok, sekarang coba anak-anak
lihat bagaimana dengan masing-masing sisinya? Bandingkan lah semua sisinya,
apa yang dapat kalian simpulkan?
H: Sisi kubus sama besar dan sisis
balok tidak sama besar
G: Bagus sekali Heni.
Nah anak-anak, kalian sudah
mengetahui beda kubus dan balok, siapa yang dapat menyimpulkan apa perbedaan
kubus dan balok? ... Ani!
A: Kubus mempunyai rusuk dan sisi
yang sama ukurannya, sedangkan balok tidak sama ukurannya.
G: Pintar sekali kamu Ani! Untuk
memperdalam materi kita hari ini, coba kalian di rumah menuliskan bermacam
jenis benda yang ada di rumahmu yang berbentuk kubus dan balok.
|
SUMBER ;
https://sites.google.com/site/tohathea/rpp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar