Minggu, 09 Oktober 2016

PENGERTIAN TES, PENGUKURAN, EVALUASI, dan ASESMEN 1. Pengertian Tes Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam ulia, ada pula yang mengartikan sebagai sebuah piring yang di buat dari tanah. Seorang ahli bernama James Ms. Cattel, pada tahun 1890 telah memperkenalkan pengertian tes ini kepada masyarakat melalui bukunya yang berjudul Mental Test and Mearsurement. selanjutnya di Amerika Serikat tes ini berkembang dengan cepat sehingga dalam tempo yang tidak begitu lama masyarakat mulai menggunakannya. Banyak ahli yang mulai mengembangkan tes ini untuk berbagai bidang, namun yang terkenal adalah sebuah tes inteligensi yang disusun oleh seorang Prancis bernama Binet, yang kemudian dibantu penyempurnaannya oleh Simon, sehingga tes tersebut dikenal sebagai tes Binet Simon(tahun 1904). Dengan alat ini Binet Simon berusaha untuk membeda-bedakan anak menurut tingkat inteligensinya. Dari pekerjaan Binet dan Simon inilah kemudian kita kenal istilah-istilah: umur kecerdasan (mental age)n, umur kalender(chronological age), dan indeks kecerdasan. Inteligensi Kuosien atau Intelligence Quotient (IQ). Sebagai perkembangannya, Yerkes di Amerika Serikat menyusun tes sekelompok (group test) yang digunakan untuk menyeleksi calon militer sebanyak-banyaknya dalam waktu yang singkat karena diperlukan untuk waktu perang Dunia 1. Tes ini dikenal dengan nama Army Alpha dan Army Betha. Didorong oleh munculnya statistik dalam penganalisaan data dan informasi, maka akhirnya tes ini digunakan dalam berbagai bidang seperti tes kemampuan dasar, tes kelelahan perhatian, tes ingatan, tes minat, tes sikap, dan sebagainya. Yang terkenal penggunaanya di sekolah hanyalah tes prestasi belajar. Sebelum sampai kepada uraian yang lebih jauh, maka akan diterangkan dahulu arti dari beberapa istilah-istilah yang berhubungan dengan tes ini. Tes sebelum ada ejaan yang disempurnakan dalam bahasa Indonesia ditulis dengan test, adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah di tentukan. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan misalnya: melingkari salah satu huruf di depan pilihan jawaban, menerangkan, mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab secara lisan, dan sebagainya. Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari peserta tes. Dalam kaitan dengan pembelajaran aspek tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi. Tes berasal dari bahasa Perancis yaitu “testum” yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Kemudian diadopsi dalam psikologi dan pendidikan untuk menjelaskan sebuah instrumen yang dikembangkan untuk dapat melihat dan mengukur dan menemukan peserta Tes yang memenuhi kriteria tertentu. Cronbach (dalam Azwar, 2005) mendefinisikan tes sebagai “a systematic procedure for observing a person’s behavior and describing it with the aid of a numerical scale or category system”. Menurut Ebster’s Collegiate (dalam Arikunto, 1995), tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dari dua definisi tersebut dan uraian lebih jauh tentang itu dapat ditarik pengertian bahwa: (1) tes adalah prosedur pengukuran yang sengaja dirancang secara sistematis, untuk mengukur atribut tertentu, dilakukan dengan prosedur administrasi dan pemberian angka yang jelas dan spesifik, sehingga hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama; (2) tes pada umumnya berisi sampel perilaku, cakupan butir tes yang bisa dibuat dari suatu materi tidak terhingga jumlahnya, yang secara keseluruhan mungkin mustahil dapat tercakup dalam tes, sehingga tes harus dapat mewakili kawasan (domain) perilaku yang diukur, untuk itu perlu pembatasan yang jelas; (3) tes menghendaki subjek agar menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang dipelajari dengan cara menjawab atau mengerjakan tugas dalam tes. Respon subjek atas tes merupakan perilaku yang ingin diketahui dari penyelenggaraan tes, karena tes memang mengukur perilaku, sebagai manifestasi atribut psikologis yang mau diukur. Tes Adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu. 2. Pengertian Pengukuran dan Penilaian Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan pengukuran dan penilaian. Dari kedua kalimat di atas kiat suadah menemui tiga buah istilah yaitu: evaluasi, pengukuran, dan penilaian. Sementara orang memang lebih cenderung mengartikan ketiga kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama sehingga dalam memakainya hanya tergantung dari kata mana yang sedang siap untuk diucapkannya. Akan tetapi sementara orang yang lain, membedakan ketiga istilah tersebut. Dan untuk memahami apa persamaan, perbedaan, ataupun hubungan antara ketiganya, dapat dipahami melelui contoh-contoh di bawah ini: a. Apabila ada orang yang akan memberi sebatang pensil kepada kita, dan kita disuruh memilih antara dua pensil yang tidak sama panjangnya, maka tentu saja kita akan memilih yang “panjang”. Kita tidak akan memilih yang “pendek” kecuali ada alasan yang sangat khusus. b. Pasar, merupakan suatu tempat bertemunya orang-orang yang akan menjual dan membeli. Sebelum menentukan barang yang akan dibelinya, seorang pembelia akan memilih dahulu mana barang yang lebih “baik” menurut ukurannya. Apabila ia ingin membeli jeruk, dipilihnya jeruk, dipilihnya jeruk yang besar, kuning, dan halus. Semuanya itu dipertimbangkan karena menurut pengalaman sebelumnya, jenis-jenis jeruk yang demikian ini rasanya manis. Sedangkan jeruk yang masih kecil, hijau, dan kulitnya agak kasar, biasanya masam rasanya. Dari contoh-contoh diatas ini dapat kita bahwa sebelum menentukan pilihan, kita mengadakan penilaian terhadap benda-benda yang akan kita pilih. Dalam contoh pertama kita mana pensil yang lebih panjang, sedangkan dalam contoh kedua kita menentukan dengan perkiraan kita atas jeruk yang baik, yaitu yang rasanya manis. Untuk dapat mengadakan penilaian, kita mengadakan pengukuran terlebih dahulu. Jika ada pengaris, maka sebelum menentukan mana pensil yang lebih panjang, kita ukur dahulu kedua pensil tersebut. Dan setelah mengetahui berapa panjang masing-masing pensil itu, kita mengadakan penilaian dengan melihat bandingan panjang antara kedua pensil tersebut. Dapatlah kita menyatakan “ini pensil panjang, dan ini pensil pendek “. Mana pensil yang panjang, itulah yang kita ambil. Untuk menentukan penilaian mana jeruk yang manis, kita tidak menggunakan “ukuran manis”, tetapi menggunakan ukuran besar kuning, dan halus kulitnya. Ukuran ini tidak mempunyai wujud seperti kayu penggaris yang sudah diteera, tetapi diperoleh berdasarkan pengalaman. Sebenarnya kita juga mengukur, yakni membandingkan jeruk-jeruk yang ada dengan ukuran tertentu. Setelah itu kita menilai, menentukan pilihan mana jeruk yang paling memenuhi ukuran itulah yang kita ambil. Dengan demikian kita mengenal dua macam ukuran, yakni ukuran yang terstandart (meter, kilogram, takaran, dan sebagainya) ukuran tidak terstandart (depa, jengkal, langkah, dan sebagainya) dan ukuran perkiraan berdasarkan hasil pengalaman (jeruk manis adalah yang kuning, besar, dan halus kulitnya). Dua langakah kegiatan yang dilalui sebelum mengambil barang untuk kita, itulah yang disebut mengadakan evaluasi, yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat mengadakan penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran.  Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuntitatif.  Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.  Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas, yakni engukur dan menilai. Di dalam isitlah asingnya, pengukuran adalah mearsurement, sedang penilaian adalah evaluation. Dari kata evaluation inilah diperoleh kata Indonesia, evaluasi yang berarti menilai (tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu). Di buku ini ketiga istilah tersebut digunakan bergantian tanpa mengubah makna. a. Pengertian pengukuran Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang siswa telah mencapai karakteristik tertentu. Hasil Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penetuan nilai kuantitatif. Pengukuran yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan mearsurement dan dalam bahasa Arabnya adalah muqayasah, dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk “mengukur” sesuatu. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu. Misalnya mengukur suhu badan dengan ukuran berupa thermometer: hasilnya: 36° Celcius, 38° Celcius, 39°Celcius dan seterusnya. Contoh lain: Dari 100 butir soal yang diajukan dalam tes, Ahmad menjawab dengan betul sebanyak 80 butir soal. Dari contoh tersebut dapat kita pahami bahwa pengukuran itu sifatnya kuantitatif. Pengukuran adalah suatu usaha untuk mengetahui keadaan sesuatu seperti apa adanya. Dalam pelaksanaan pembelajaran, pengukuran hasil belajar bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku pelajar setelah selesai mengikuti suatu kegiatan belajar. Kegiatan pengukuran umumnya guru menggunakan tes sebagai alat ukur. Pengukuran didefinisikan sebagai kegiatan sistemik menentukan angka/skor obyek atau gejala yang diukur dengan ukuran tertentu. Ukuran yang digunakan dapat berupa ukuran standar (m, kg, ton, rupiah, dsb) atau ukuran tidak standar (depa, jengkal, langkah, dsb). Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen. Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain kita sering kali melakukan pengukuran. Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda , sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. b. Pengertian Penilaian “Penilaian” berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu mengandung arti: mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya. Jadi penilaian itu sifatnya adalah kualitatif. Dalam contoh di atas tadi, seseorang yang suhu badannya 36°Celcius termasuk orang yang normal kesehatannya, dengan demikian orang tersebut dapat ditentukan bahwa Ahmad termasuk anak yang pandai. Masroen menegaskan bahwa istilah penilaian Penilaian adalah usaha yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan belajar dalam penguasaan kompetensi. Selain itu penilaian bertujuan untuk mengetahui berhasil tidaknya pelaksanaan pembelajaran. Pada dasarnya pengukuran dan penilaian memiliki persamaan dan perbedaan. Pengukuran terarah pada tindakan atau proses untuk menentukan kuantitas sesuatu, karena itu biasanya diperlukan alat bantu. Sedangkan penilaian menentukan kualitas atau nilai sesuatu. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Dalam rancangan penilaian hasil belajar Depdiknas, penilaian didefinisikan sebagai proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka, deskripsi verbal), analisis, interpretasi informasi untuk membuat keputusan. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang siswa. Kegiatan penilaian hasil belajar sains dilakukan untuk menafsirkan hasil pengukuran dan menentukan pencapaian hasil belajar sains berdasarkan kriteria tertentu. Umumnya digunakan kategorisasi seperti baik-buruk, benar-salah, sangat setuju-sangat tidak setuju, dan sebagainya. Pendekatan dalam penilaian pembelajaran biasanya terdiri atas: Penilaian Acuan Norma (Norm-Referenced-PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (Criterion-Referenced-PAP). PAN adalah penilaian yang membandingkan hasil pengukuran yang diperoleh orang lain dalam kelompoknya. Sedangkan PAP adalah penilaian berdasarkan patokan atau kriteria tertentu yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Menurut TGAT (1987), penilaian atau asesmen mencakup semua cara yang digunakan untuk unjuk kerja individu. Proses asesmen meliputi pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian belajar peserta didik. Bukti ini tidak melalui tes saja, tetapi juga dikumpulkan melalui pengamatan atau laporan diri (self report). Definisi penilaian berkaitan dengan semua proses pendidikan, seperti karakteristik peserta didik, karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi. c. Pengertian evaluasi Definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950). Ahli ini mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya. Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh dua ahli lain, yakni Cronbach dan Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan. Adapun dari segi istilah, sebagaimana dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977): Evaluation refer to the act or process to determining the value of something. Menurut definisi ini, maka istilah evaluasi itu menunjuk kepada atau mengandung pengertian: suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation dalam bahasa arab : al-Taqdir dalam bahasa indonesia berarti; penilaian. Akar katanya adalah value: dalam bahasa arab: al-Qimah dalam bahasa Indonesia berarti nilai. Dengan demikian secara harfiah, evaluasi pendidikan (educational evaluation = al-Taqdir al-Tarbawiy) dapat diartikan sebagai: penilaian dalam (bidang) pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Evaluasi adalah mencakup dua kegiatan yang telah dikemukakan terdahulu, yaitu mencakup “pengukuran” dan “penilaian”. Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu. Untuk dapat menentukan nilai dari sesuatu yang sedang dinilai itu adalah pengujian, dan pengujian yang dalam dunia inilah yang mendalam dunia kependidikan dikenal dengan istilah tes. Evaluasi adalah penentuan nilai suatu program dan penentuan pencapaian tujuan suatu program. Evaluasi berkaitan dengan proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana dari tujuan pendidikan dapat tercapai. Kegiatan evaluasi hasil belajar sains menggunakan patokan-patokan untuk menetapkan sesuatu, patokan-patokan ini boleh bersumber dari hasil pengukuran atau pengujian atau tes atau mungkin juga bersumber dari sendiri oleh si penilai, sehingga subjektivitasnya sangat tinggi Secara harafiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi adalah proses pemberian makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. 3. Pengertian Asesmen Asesmen (asessment) adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan. Asesmen adalah bagian yang penting dalam proses pembelajaran didalam bidang studi apapun. Asesmen hendaknya dibedakan dari pengukuran prestasi belajar. Pengukuran prestasi belajar menyangkut pengumpulan informasi tentang prestasi murid-murid melalui tesdan lembar kerja, sedangkan asesmen merupakan konsep yang lebih luas mencakup penilaian profesional pendidik,perasaan dan pengamatan, serta informasi-informasi lain yang anda kumpulkan dari lingkungan belajar. Asesmen secara sederhana dapat diartikan sebagai proses pengukuran dan non pengukuran dan non pengukuran untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan aturan tertentu. Dalam pelaksanaan asesmen pembelajaran guru dihadapkan pada 3 (tiga) istilah yang sering dikacaukan pengertiannya, atau bahkan sering pula digunakan secara bersama yaitu istilah pengukuran, penilaian, dan test. Sesungguhnya, dalam konteks penilaian ada beberapa istilah yang digunakan, pengukuran, asesment, dan evaluasi. Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Unsur pokok dalam kegiatan pengukuran ini, antara lain adalah sebagai berikut: 1) Tujuan pengukuran 2) Ada objek ukur 3) Alat ukur 4) Proses pengukuran 5) Hasil pengukuran kuantitatif Sementara, pengertian asesmen adalah kegiatan mengukurdan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan. Pengertian Asesmen Menurut Para Ahli : • Wallace & Longlin (1979) Asesmen merupakan suatu proses sistematis dengan menggunakan instrumen yang sesuai untuk mengetahui perilaku belajar, penempatan, dan pembelajaran. • Rosenberg (1982) Asesmen merupakan suatu proses pengumpulan informasi yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran anak. • Robert M. Smith (2002) “Asesmen adalah suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan anak, yang mana hasil keputusannya dapat digunakan untuk menentukan layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran”. • McLounghlin & Lewis (1986) Asesmen adalah proses yang sistematis dalam mengumpulkan data seorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut, guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realistis sesuai dengan kenyataan yang obyektif. • Fallen & Umansky (1988) Asesmen adalah proses pengumpulan data untuk tujuan pembuatan keputusan dan menerapkan seluruh proses pembuatan keputusan tersebut, mulai diagnosa paling awal terhadap problem perkembangan sampai penentuan akhir terhadap program anak. • Mangungsong (1995) asesmen adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi, data-data yang berkaitan dalam membantu seseorang mengambil keputusan yang berkaitan dengan masalah pendidikan. ASESMEN • Proses sistematis yang bersifat komprehensip, • Berupa informasi (data/fakta/evidence) untuk mengetahui gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami, serta kelemahan dan kekuatan anak, • Adanya pembanding informasi tersebut dengan suatu parameter/ukuran dengan menggunakan instrumen, • Adanya pelaku “asesor” (melibatkan tim) yang mengumpulkan informasi, • Digunakan untuk menyusun suatu program pembelajaran yang dibutuhkan anak yang bersifat realistis, sesuai dengan kenyataan secara objektif. B. FUNGSI, TUJUAN dan JENIS ASESMEN. a.Fungsi Asesmen Kita semua telah tahu bahwa tugas pendidik adalah mendesain materi dan situasi di kelas agar siswa dapat belajar untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan. Setelah Anda mempelajari apa keunggulan dan tujuan dari asesmen khusunya asesmen berbasis kelas, maka perlu pula diketahui fungsi dari penilaian kelas tersebut. Secara rinci fungsi dari penilaian kelas dapat dijelaskan sebagai berikut (Diknas, 2006): a. Kalau tujuan pembelajaran adalah pencapaian standar kompetensi maupun kompetensi dasar, maka penilaian kelas ini dapat menggambarkan sejauhmana seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi. b. Asesmen berbasis kelas dapat berfungsi pula sebagai landasan pelaksanaan evaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan, dalam hal ini terkait erat dengan peran guru sebagai pendidik sekaligus pembimbing. c. Sejalan dengan tujuan asesmen yang telah dikemukakan di atas maka salah satu fungsi asesmen berbasis kelas ini adalah menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seorang siswa perlu mengikuti remedial atau justru memerlukan program pengayaan. d. Dengan demikian asesmen juga akan berfungsi sebagai upaya pendidik untuk dapat menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang telah dilakukan ataupun yang sedang berlangsung. Temuan ini selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar penentuan langkah perbaikan proses pembelajaran berikutnya, guna peningkatan capaian hasil belajar siswa . e. Kesemuanya dapat dipakai sebagai kontrol bagi guru sebagai pendidik dan semua stake holder pendidikan dalam lingkup sekolah tentang gambaran kemajuan perkembangan proses dan hasil belajar peserta didik. b. Tujuan Asesmen 1. Tujuan Asesmen Pertanyaan yang kemudian muncul untuk Anda adalah apakah Anda tahu secara persis apakah sebenarnya tujuan dari penilaian kelas. Secara rinci tujuan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Dengan melakukan asesmen berbasis kelas ini pendidik dapat mengetahui seberapa jauh siswa dapat mencapai tingkat pencapai kompetensi yang dipersyaratkan, baik selama mengikuti pembelajaran dan setelah proses pembelajaran berlangsung. b. Saat melaksanakan asesmen ini, Anda sebagai pendidik juga akan bisa langsung memberikan umpan balik kepada peserta didik, sehingga tidak pelu lagi menunda atau menunggu ulangan semester untuk bisa mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi. c. Dalam asesmen berbasis kelas ini, Anda juga secara terus menerus dapat melakukan pemantauan kemajuan belajar yang dicapai setiap peserta didik, sekaligus Anda dapat mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga secara tepat dapat menentukan siswa mana yang perlu pengayaan dan siswa yang perlu pembelajaran remedial untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan. d. Hasil pemantauan kemajuan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan terus menerus tersebut juga akan dapat dipakai sebagai umpan balik bagi Anda untuk memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan, sesuai dengan kebutuhan materi dan juga kebutuhan siswa. e. Hasil-hasil pemantauan tersebut, kemudian dapat Anda jadikan sebagai landasan untuk memilih alternatif jenis dan model penilaian mana yang tepat untuk digunakan pada materi tertentu dan pada mata pelajaran tertentu, yang sudah barang tentu akan berbeda. Anda sebagai pendidik yang tahu persis pertimbangan pemilihannya f. Hasil dari asesmen ini dapat pula memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan, tidak perlu menunggu akhir semester atau akhir tahun. Komunikasi antara pendidik, orang tua dan komite harus dijalin dan dilakukan terus menerus sesuai kebutuhan 1 - 16 Unit 1 2. Tujuan Asesmen: Tujuan utama penggunaan asesmen dalam pembelajaran (classroom assessment) adalah membantu guru dan siswa dalam mengambil keputusan propesional untuk memperbaiki pembelajaran. Menurut Popham (1995:4-13) asesmen bertujuan untuk antara lain untuk: • mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar. • memonitor kemajuan siswa. • menentukan jenjang kemampuan siswa. • menentukan efektivitas pembelajaran. • mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran. • mengevaluasi kinerja guru kelas. • mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru. Makna asesmen dalam pendidikan dan pembelajaran Ø Berikut beberapa implikasi terapan dalam proses pembelajaran di sekolah : § Asesmen merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. § Menentukan kriteria keberhasilan. § Untuk memperoleh hasil asesmen yang maksimal yang dapat menggambarkan proses dan hasil yang sesungguhnya. § Dalam pelaksanaannya asesmen pembelajaran ranah afektif. § Pengukuran aspek psikologis termasuk pengukuran proses dan hasil pembelajaran pada umumnya dikembangkan berdasar atas sampel tingkah laku yang terbatas. § Pendefinisian konstruk psikologis pada skala pengukuran merupakan masalah yang cukup pelik, mengingat bahwa kenyataan hasil belajar merupakan suatu kualitas pemahaman siswa terhadap materi. § Konstruk psikologis dalam proses dan hasil pembelajaran tidak dapat didifinisikan secara tunggal, tetapi selalu berhubungan dengan konstruk yang lain. § Perlu dipahami bahwa hasil pengukuran dan nilai yang diperoleh dalam asesmen proses dan hasil belajar mengandung kekeliruan. Angka yang diperoleh sebagai hasil pengukuran baik dengan menggunakan tes ataupun nontes mengandung kesalahan. Untuk itu kegiatan pengukuran dalam prosedur asesmen yang baik harus dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil kekeliruan. Kesalahan dapat bersumber dari alat ukur, dari gejala yang diukur, maupun interpretasi terhadap hasil pengukuran tersebut. Untuk kperluan mengeliminir kesalahan ini disarankan untuk melakukan try out isntrumen pengukurang dan melakukan analisis item.  Jenis-jenis asesmen 1. Asesmen formatif dan sumatif 2. Asesmen obyektif dan subyektif 3. Asesmen acuan patokan dan acuan normatif 4. Asesmen formal dan informal 5. Asesmen autentik (Asesmen kineja) 6. Asesmen portofolio  Bentuk – bentuk Assesmen Portofolio Dari kedua assesmen portifolio tersebut dalam pelaksanaannya assesmen portofolio terbagi kedalam beberapa bentuk instrumen evaluasi atau tes. Adapun bentuk – bentuk assesmen portofolio diantaranya sebagai berikut: a. cacatan anekdotal yaitu berupa lembaran khusus yang mencatat segala bentuk kejadian mengenai prilaku siswa, khususnya selama berlangsungnya proses pembelajaran. b. ceklist atau daftar cek yaitu daftar yang telah disusun berdasarkan tujuan perkembangan yang hendak dicapai siswa. c. skala penilaian yan


A. PENGERTIAN TES, PENGUKURAN, EVALUASI, dan ASESMEN

1. Pengertian Tes
                                           
Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam ulia, ada pula yang mengartikan sebagai sebuah piring yang di buat dari tanah.
Seorang ahli bernama James Ms. Cattel, pada tahun 1890 telah memperkenalkan pengertian tes ini kepada masyarakat melalui bukunya yang berjudul Mental Test and Mearsurement. selanjutnya di Amerika Serikat tes ini berkembang dengan cepat sehingga dalam tempo yang tidak begitu lama masyarakat mulai menggunakannya.
Banyak ahli yang mulai mengembangkan tes ini untuk berbagai bidang, namun yang terkenal adalah sebuah tes inteligensi yang disusun oleh seorang Prancis bernama Binet, yang kemudian dibantu penyempurnaannya oleh Simon, sehingga tes tersebut dikenal sebagai tes Binet Simon(tahun 1904). Dengan alat ini Binet Simon berusaha untuk membeda-bedakan anak menurut tingkat inteligensinya. Dari pekerjaan Binet dan Simon inilah kemudian kita kenal istilah-istilah: umur kecerdasan (mental age)n, umur kalender(chronological age), dan indeks kecerdasan. Inteligensi Kuosien atau Intelligence Quotient (IQ).
Sebagai perkembangannya, Yerkes di Amerika Serikat menyusun tes sekelompok (group test) yang digunakan untuk menyeleksi calon militer sebanyak-banyaknya dalam waktu yang singkat karena diperlukan untuk waktu perang Dunia 1. Tes ini dikenal dengan nama Army Alpha dan Army Betha.
Didorong oleh munculnya statistik dalam penganalisaan data dan informasi, maka akhirnya tes ini digunakan dalam berbagai bidang seperti tes kemampuan dasar, tes kelelahan perhatian, tes ingatan, tes minat, tes sikap, dan sebagainya. Yang terkenal penggunaanya di sekolah hanyalah tes prestasi belajar.
Sebelum sampai kepada uraian yang lebih jauh, maka akan diterangkan dahulu arti dari beberapa istilah-istilah yang berhubungan dengan tes ini.
Tes sebelum ada ejaan yang disempurnakan dalam bahasa Indonesia ditulis dengan test, adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah di tentukan. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan misalnya: melingkari salah satu huruf di depan pilihan jawaban, menerangkan, mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab secara lisan, dan sebagainya.
 Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari peserta tes. Dalam kaitan dengan pembelajaran aspek tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi. Tes berasal dari bahasa Perancis yaitu “testum” yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Kemudian diadopsi dalam psikologi dan pendidikan untuk menjelaskan sebuah instrumen yang dikembangkan untuk dapat melihat dan mengukur dan menemukan peserta Tes yang memenuhi kriteria tertentu. Cronbach (dalam Azwar, 2005) mendefinisikan tes sebagai “a systematic procedure for observing a person’s behavior and describing it with the aid of a numerical scale or category system”. Menurut Ebster’s Collegiate (dalam Arikunto, 1995), tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dari dua definisi tersebut dan uraian lebih jauh tentang itu dapat ditarik pengertian bahwa: (1) tes adalah prosedur pengukuran yang sengaja dirancang secara sistematis, untuk mengukur atribut tertentu, dilakukan dengan prosedur administrasi dan pemberian angka yang jelas dan spesifik, sehingga
hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama; (2) tes pada umumnya berisi sampel perilaku, cakupan butir tes yang bisa dibuat dari suatu materi tidak terhingga jumlahnya, yang secara keseluruhan mungkin mustahil dapat tercakup dalam tes, sehingga tes harus dapat mewakili kawasan (domain) perilaku yang diukur, untuk itu perlu pembatasan yang jelas; (3) tes menghendaki subjek agar menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang dipelajari dengan cara menjawab atau mengerjakan tugas dalam tes. Respon subjek atas tes merupakan perilaku yang ingin diketahui dari penyelenggaraan tes, karena tes memang mengukur perilaku, sebagai manifestasi atribut psikologis yang mau diukur.
Tes Adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu.

2. Pengertian Pengukuran dan Penilaian

Memang  tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan pengukuran dan penilaian.
Dari kedua kalimat di atas kiat suadah menemui tiga buah istilah yaitu: evaluasi, pengukuran, dan penilaian. Sementara orang memang lebih cenderung mengartikan ketiga kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama sehingga dalam memakainya hanya tergantung dari kata mana yang sedang siap untuk diucapkannya. Akan tetapi sementara orang yang lain, membedakan ketiga istilah tersebut. Dan untuk memahami apa persamaan, perbedaan, ataupun hubungan antara ketiganya, dapat dipahami melelui contoh-contoh di bawah ini:
a.  Apabila ada orang yang akan memberi sebatang pensil kepada kita, dan kita disuruh memilih antara dua pensil yang tidak sama panjangnya, maka tentu saja kita akan memilih yang “panjang”. Kita tidak akan memilih yang “pendek” kecuali ada alasan yang sangat khusus.
b. Pasar, merupakan suatu tempat bertemunya orang-orang yang akan menjual dan membeli. Sebelum menentukan barang yang akan dibelinya, seorang pembelia akan memilih dahulu mana barang yang lebih “baik” menurut ukurannya. Apabila ia ingin membeli jeruk, dipilihnya jeruk, dipilihnya jeruk yang besar, kuning, dan halus. Semuanya itu dipertimbangkan karena menurut pengalaman sebelumnya, jenis-jenis jeruk yang demikian ini rasanya manis. Sedangkan jeruk yang masih kecil, hijau, dan kulitnya agak kasar, biasanya masam rasanya.
Dari contoh-contoh diatas ini dapat kita bahwa sebelum menentukan pilihan, kita mengadakan penilaian terhadap benda-benda yang akan kita pilih. Dalam contoh pertama kita mana pensil yang lebih panjang, sedangkan dalam contoh kedua kita menentukan dengan perkiraan kita atas jeruk yang baik, yaitu yang rasanya manis.
Untuk dapat mengadakan penilaian, kita mengadakan pengukuran terlebih dahulu. Jika ada pengaris, maka sebelum menentukan mana pensil yang lebih panjang, kita ukur dahulu kedua pensil tersebut. Dan setelah mengetahui berapa panjang masing-masing pensil itu, kita mengadakan penilaian dengan melihat bandingan panjang antara kedua pensil tersebut. Dapatlah kita menyatakan “ini pensil panjang, dan ini pensil pendek “. Mana pensil yang panjang, itulah yang kita ambil.
Untuk menentukan penilaian mana jeruk yang manis, kita tidak menggunakan “ukuran manis”, tetapi menggunakan ukuran besar kuning, dan halus kulitnya. Ukuran ini tidak mempunyai wujud seperti kayu penggaris yang sudah diteera, tetapi diperoleh berdasarkan pengalaman.
Sebenarnya kita juga mengukur, yakni membandingkan jeruk-jeruk yang ada dengan ukuran tertentu. Setelah itu kita menilai, menentukan pilihan mana jeruk yang paling memenuhi ukuran itulah yang kita ambil.
Dengan demikian kita mengenal dua macam ukuran, yakni ukuran yang terstandart (meter, kilogram, takaran, dan sebagainya) ukuran tidak terstandart (depa, jengkal, langkah, dan sebagainya) dan ukuran perkiraan berdasarkan hasil pengalaman (jeruk manis adalah yang kuning, besar, dan halus kulitnya).
Dua langakah kegiatan yang dilalui sebelum mengambil barang untuk kita, itulah yang disebut mengadakan evaluasi, yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat mengadakan penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran.
-  Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuntitatif.
-  Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.
-       Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas, yakni engukur dan menilai.
Di dalam isitlah asingnya, pengukuran adalah mearsurement, sedang penilaian adalah evaluation. Dari kata evaluation inilah diperoleh kata Indonesia, evaluasi yang berarti menilai (tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu). Di buku ini ketiga istilah tersebut digunakan bergantian tanpa mengubah makna.

a. Pengertian pengukuran

Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang siswa telah mencapai karakteristik tertentu. Hasil Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penetuan nilai kuantitatif.
Pengukuran yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan mearsurement dan dalam bahasa Arabnya adalah muqayasah, dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk “mengukur” sesuatu. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu. Misalnya mengukur suhu badan dengan ukuran berupa thermometer: hasilnya: 36° Celcius, 38° Celcius, 39°Celcius dan seterusnya. Contoh lain: Dari 100 butir soal yang diajukan dalam tes, Ahmad menjawab dengan betul sebanyak 80 butir soal. Dari contoh tersebut dapat kita pahami bahwa pengukuran itu sifatnya kuantitatif.

Pengukuran adalah suatu usaha untuk mengetahui keadaan sesuatu seperti apa adanya. Dalam pelaksanaan pembelajaran, pengukuran hasil belajar bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku pelajar setelah selesai mengikuti suatu kegiatan belajar. Kegiatan pengukuran umumnya guru menggunakan tes sebagai alat ukur.

Pengukuran didefinisikan sebagai kegiatan sistemik menentukan angka/skor obyek atau gejala yang diukur dengan ukuran tertentu. Ukuran yang digunakan dapat berupa ukuran standar (m, kg, ton, rupiah, dsb) atau ukuran tidak standar (depa, jengkal, langkah, dsb).

Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.
Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain kita sering kali melakukan pengukuran.
Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda , sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka.

b. Pengertian Penilaian

“Penilaian” berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu mengandung arti: mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya.  Jadi penilaian itu sifatnya adalah kualitatif. Dalam contoh di atas tadi, seseorang yang suhu badannya 36°Celcius termasuk orang yang normal kesehatannya, dengan demikian orang tersebut dapat ditentukan bahwa Ahmad termasuk anak yang pandai.
Masroen menegaskan bahwa istilah penilaian  
Penilaian adalah usaha yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan belajar dalam penguasaan kompetensi. Selain itu penilaian bertujuan untuk mengetahui berhasil tidaknya pelaksanaan pembelajaran.

Pada dasarnya pengukuran dan penilaian memiliki persamaan dan perbedaan. Pengukuran terarah pada tindakan atau proses untuk menentukan kuantitas sesuatu, karena itu biasanya diperlukan alat bantu. Sedangkan penilaian menentukan kualitas atau nilai sesuatu.

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Dalam rancangan penilaian hasil belajar Depdiknas, penilaian didefinisikan sebagai proses sistematis  meliputi pengumpulan informasi (angka, deskripsi verbal), analisis, interpretasi informasi untuk membuat keputusan. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang siswa.
Kegiatan penilaian hasil belajar sains dilakukan untuk menafsirkan hasil pengukuran dan menentukan pencapaian hasil belajar sains berdasarkan kriteria tertentu. Umumnya digunakan kategorisasi seperti baik-buruk, benar-salah, sangat setuju-sangat tidak setuju, dan sebagainya.
Pendekatan dalam penilaian pembelajaran biasanya terdiri atas: Penilaian Acuan Norma (Norm-Referenced-PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (Criterion-Referenced-PAP). PAN adalah penilaian yang membandingkan hasil pengukuran yang diperoleh orang lain dalam kelompoknya. Sedangkan PAP adalah penilaian berdasarkan patokan atau kriteria tertentu yang sudah ditentukan terlebih dahulu.
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Menurut TGAT (1987), penilaian atau asesmen mencakup semua cara yang digunakan untuk unjuk kerja individu. Proses asesmen meliputi pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian belajar peserta didik. Bukti ini tidak melalui tes saja, tetapi juga dikumpulkan melalui pengamatan atau laporan diri (self report). Definisi penilaian berkaitan dengan semua proses pendidikan, seperti karakteristik peserta didik, karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi.

c. Pengertian evaluasi

Definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950). Ahli ini mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya. Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh dua ahli lain, yakni
Cronbach dan Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.
Adapun dari segi istilah, sebagaimana dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977): Evaluation refer to the act or process to determining the value of something. Menurut definisi ini, maka istilah evaluasi itu menunjuk kepada atau mengandung pengertian: suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation dalam bahasa arab : al-Taqdir dalam bahasa indonesia berarti; penilaian. Akar katanya adalah value: dalam bahasa arab: al-Qimah dalam bahasa Indonesia berarti nilai. Dengan demikian secara harfiah, evaluasi pendidikan (educational evaluation = al-Taqdir al-Tarbawiy) dapat diartikan sebagai: penilaian dalam (bidang) pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.
Evaluasi adalah mencakup dua kegiatan yang telah dikemukakan terdahulu, yaitu mencakup “pengukuran” dan “penilaian”. Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu. Untuk dapat menentukan nilai dari sesuatu yang sedang dinilai itu adalah pengujian, dan pengujian yang dalam dunia inilah yang mendalam dunia kependidikan dikenal dengan istilah tes.
Evaluasi adalah penentuan nilai suatu program dan penentuan pencapaian tujuan suatu program. Evaluasi berkaitan dengan proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana dari tujuan pendidikan dapat tercapai.
Kegiatan evaluasi hasil belajar sains menggunakan patokan-patokan untuk menetapkan sesuatu, patokan-patokan ini boleh bersumber dari hasil pengukuran atau pengujian atau tes atau mungkin juga bersumber dari sendiri oleh si penilai, sehingga subjektivitasnya sangat tinggi

Secara harafiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya.
Evaluasi adalah proses pemberian makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu.

3. Pengertian Asesmen
Asesmen (asessment) adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan. Asesmen adalah bagian yang penting dalam proses pembelajaran didalam bidang studi apapun. Asesmen hendaknya dibedakan dari pengukuran prestasi belajar. Pengukuran prestasi belajar menyangkut pengumpulan informasi tentang prestasi murid-murid melalui tesdan lembar kerja, sedangkan asesmen merupakan konsep yang lebih luas mencakup penilaian profesional pendidik,perasaan dan pengamatan, serta informasi-informasi lain yang anda kumpulkan dari lingkungan belajar.
Asesmen secara sederhana dapat diartikan sebagai proses pengukuran dan non pengukuran dan non pengukuran untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan aturan tertentu. Dalam pelaksanaan asesmen pembelajaran guru dihadapkan pada 3 (tiga) istilah yang sering dikacaukan pengertiannya, atau bahkan sering pula digunakan secara bersama yaitu istilah pengukuran, penilaian, dan test.
Sesungguhnya, dalam konteks penilaian ada beberapa istilah yang digunakan, pengukuran, asesment, dan evaluasi. Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Unsur pokok dalam kegiatan pengukuran ini, antara lain adalah sebagai berikut:
1)       Tujuan pengukuran
2)       Ada objek ukur
3)       Alat ukur
4)       Proses pengukuran
5)       Hasil pengukuran kuantitatif
Sementara, pengertian asesmen adalah kegiatan mengukurdan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan.

Pengertian Asesmen Menurut Para Ahli :
• Wallace & Longlin (1979) Asesmen merupakan suatu proses sistematis dengan menggunakan instrumen yang sesuai untuk mengetahui perilaku belajar, penempatan, dan pembelajaran.
• Rosenberg (1982) Asesmen merupakan suatu proses pengumpulan informasi yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran anak.
• Robert M. Smith (2002) “Asesmen adalah suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan anak, yang mana hasil keputusannya dapat digunakan untuk menentukan layanan pendidikan yang
dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran”.
• McLounghlin & Lewis (1986) Asesmen adalah proses yang sistematis dalam mengumpulkan data seorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut, guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realistis sesuai dengan kenyataan yang obyektif.
• Fallen & Umansky (1988) Asesmen adalah proses pengumpulan data untuk tujuan pembuatan keputusan dan menerapkan seluruh proses pembuatan keputusan tersebut, mulai diagnosa paling awal terhadap problem perkembangan sampai penentuan akhir terhadap program anak.
• Mangungsong (1995) asesmen adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi, data-data yang berkaitan dalam membantu seseorang mengambil keputusan yang berkaitan dengan masalah pendidikan.
ASESMEN
• Proses sistematis yang bersifat komprehensip,
• Berupa informasi (data/fakta/evidence) untuk mengetahui gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami, serta kelemahan dan kekuatan anak,
• Adanya pembanding informasi tersebut dengan suatu parameter/ukuran dengan menggunakan instrumen,
• Adanya pelaku asesor(melibatkan tim) yang mengumpulkan informasi,
• Digunakan untuk menyusun suatu program pembelajaran yang dibutuhkan anak yang bersifat realistis, sesuai dengan kenyataan secara objektif.


B. FUNGSI, TUJUAN dan JENIS ASESMEN.

a.Fungsi Asesmen

Kita semua telah tahu bahwa tugas pendidik adalah mendesain materi dan situasi di kelas agar siswa dapat belajar untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan. Setelah Anda mempelajari apa keunggulan dan tujuan dari asesmen khusunya asesmen berbasis kelas, maka perlu pula diketahui fungsi dari penilaian kelas tersebut. Secara rinci fungsi dari penilaian kelas dapat dijelaskan sebagai berikut (Diknas, 2006):
a. Kalau tujuan pembelajaran adalah pencapaian standar kompetensi maupun kompetensi dasar, maka penilaian kelas ini dapat menggambarkan sejauhmana seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi.
b. Asesmen berbasis kelas dapat berfungsi pula sebagai landasan pelaksanaan evaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan, dalam hal ini terkait erat dengan peran guru sebagai pendidik sekaligus pembimbing.
c. Sejalan dengan tujuan asesmen yang telah dikemukakan di atas maka salah satu fungsi asesmen berbasis kelas ini adalah menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seorang siswa perlu mengikuti remedial atau justru memerlukan program pengayaan.
d. Dengan demikian asesmen juga akan berfungsi sebagai upaya pendidik untuk dapat menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang telah dilakukan ataupun yang sedang berlangsung. Temuan ini selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar penentuan langkah perbaikan proses pembelajaran berikutnya, guna peningkatan capaian hasil belajar siswa .
e. Kesemuanya dapat dipakai sebagai kontrol bagi guru sebagai pendidik dan
semua stake holder pendidikan dalam lingkup sekolah tentang gambaran kemajuan perkembangan proses dan hasil belajar peserta didik.

b. Tujuan Asesmen

     1. Tujuan Asesmen

Pertanyaan yang kemudian muncul untuk Anda adalah apakah Anda tahu secara persis apakah sebenarnya tujuan dari penilaian kelas. Secara rinci tujuan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Dengan melakukan asesmen berbasis kelas ini pendidik dapat mengetahui seberapa jauh siswa dapat mencapai tingkat pencapai kompetensi yang dipersyaratkan, baik selama mengikuti pembelajaran dan setelah proses pembelajaran berlangsung.
b. Saat melaksanakan asesmen ini, Anda sebagai pendidik juga akan bisa langsung memberikan umpan balik kepada peserta didik, sehingga tidak pelu lagi menunda atau menunggu ulangan semester untuk bisa mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.
c. Dalam asesmen berbasis kelas ini, Anda juga secara terus menerus dapat melakukan pemantauan kemajuan belajar yang dicapai setiap peserta didik, sekaligus Anda dapat mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga secara tepat dapat menentukan siswa mana yang perlu pengayaan dan siswa yang perlu pembelajaran remedial untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan.
d. Hasil pemantauan kemajuan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan terus menerus tersebut juga akan dapat dipakai sebagai umpan balik bagi Anda untuk memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan, sesuai dengan kebutuhan materi dan juga kebutuhan siswa.
e. Hasil-hasil pemantauan tersebut, kemudian dapat Anda jadikan sebagai landasan untuk memilih alternatif jenis dan model penilaian mana yang tepat untuk digunakan pada materi tertentu dan pada mata pelajaran tertentu, yang sudah barang tentu akan berbeda. Anda sebagai pendidik yang tahu persis pertimbangan pemilihannya
f. Hasil dari asesmen ini dapat pula memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan, tidak perlu menunggu akhir semester atau akhir tahun. Komunikasi antara pendidik, orang tua dan komite harus dijalin dan dilakukan terus menerus sesuai kebutuhan 1 - 16 Unit 1

   2. Tujuan Asesmen:
Tujuan utama penggunaan asesmen dalam pembelajaran (classroom assessment) adalah membantu guru dan siswa dalam mengambil keputusan propesional untuk memperbaiki pembelajaran. Menurut Popham (1995:4-13) asesmen bertujuan untuk antara lain untuk:
·         mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar.
·         memonitor kemajuan siswa.
·         menentukan jenjang kemampuan siswa.
·         menentukan efektivitas pembelajaran.
·         mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran.
·         mengevaluasi kinerja guru kelas.
·         mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru.
Makna asesmen dalam pendidikan dan pembelajaran
Ø  Berikut beberapa implikasi terapan dalam proses pembelajaran di sekolah :
§  Asesmen merupakan bagian integral dari proses pembelajaran.
§  Menentukan kriteria keberhasilan.
§  Untuk memperoleh hasil asesmen yang maksimal yang dapat menggambarkan proses dan hasil yang sesungguhnya.
§  Dalam pelaksanaannya asesmen pembelajaran ranah afektif.
§  Pengukuran aspek psikologis termasuk pengukuran proses dan hasil pembelajaran pada umumnya dikembangkan berdasar atas sampel tingkah laku yang terbatas.
§  Pendefinisian konstruk psikologis pada skala pengukuran merupakan masalah yang cukup pelik, mengingat bahwa kenyataan hasil belajar merupakan suatu kualitas pemahaman siswa terhadap materi.
§  Konstruk psikologis dalam proses dan hasil pembelajaran tidak dapat didifinisikan secara tunggal, tetapi selalu berhubungan dengan konstruk yang lain.
§  Perlu dipahami bahwa hasil pengukuran dan nilai yang diperoleh dalam asesmen proses dan hasil belajar mengandung kekeliruan. Angka yang diperoleh sebagai hasil pengukuran baik dengan menggunakan tes ataupun nontes mengandung kesalahan. Untuk itu kegiatan pengukuran dalam prosedur asesmen yang baik harus dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil kekeliruan. Kesalahan dapat bersumber dari alat ukur, dari gejala yang diukur, maupun interpretasi terhadap hasil pengukuran tersebut. Untuk kperluan mengeliminir kesalahan ini disarankan untuk melakukan try out isntrumen pengukurang dan melakukan analisis item.

v  Jenis-jenis asesmen

1. Asesmen formatif dan sumatif
2. Asesmen obyektif dan subyektif
3. Asesmen acuan patokan dan acuan normatif
4. Asesmen formal dan informal
5. Asesmen autentik (Asesmen kineja)
6. Asesmen portofolio
v  Bentuk – bentuk Assesmen Portofolio

Dari kedua  assesmen portifolio tersebut dalam pelaksanaannya assesmen portofolio terbagi kedalam beberapa bentuk instrumen evaluasi atau tes. Adapun bentuk – bentuk assesmen portofolio diantaranya sebagai berikut:
a. cacatan anekdotal yaitu berupa  lembaran khusus yang mencatat segala bentuk kejadian mengenai prilaku siswa, khususnya selama berlangsungnya proses pembelajaran.
b. ceklist atau daftar cek yaitu daftar yang telah disusun berdasarkan tujuan perkembangan yang hendak dicapai siswa.
c. skala penilaian yang mencatat isyarat tujuan kemajuan perkembangan siswa.
d. respon – respon siswa terhadap pertanyaan
e. tes skrining yang berguna untuk mengidentifikasi ketrampilan siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya : tes hasil belajar, PR, LKS, dan laporan kegitan lapangan.
Saat melaksanakan asesmen, pendidik juga dapat langsung memberikan umpan balik kepada peserta didik. Pendidik dapat terus melakukan pemantauan kemajuan belajar yang dialami peserta didik. Hasil pantauan kemajuan prosesdan hasil pembelajaran yang dilakukan terus menerus tersebut juga akan dapat dipakai sebagai umpan balik untuk memperbaiki metode, pendekatanb kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan, sesuai dengan kebutuhan materi dan kebutuhan siswa. Hasil asesmen dapat pula memberikan informasi kepada orang tua dan Komite Sekolah tentang efektivitas pendidikan. Asesmen portofolio merupakan bentuk evaluasi kinerja yang paling popular, biasanya berbentuk file atau folder yang berisi koleksi karya peserta didik.


C. Pendekatan Asesmen/Penilaian

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian hasil belajar, yaitu penilaian yang mengacu kepada norma (Penilaian Acuan Norma atau norm-referenced assesment) dan penilaian yang mengacu kepada kriteria (Penilaian Acuan Kriteria atau criterion referenced assesmaent). Perbedaan kedua pendekatan tersebut yaitu letak pada acuan yang di pakai.
Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian yang mengacu kepada kriteria atau patokan. Dalam hal ini prestasi peserta didik ditentukan oleh kriteria yang telah detetapkan untuk penguasaan susatu kompetensi. Meskipun demikian, kadang – kadang dapat digunakan penilaian acuan norma, atau maksud khusus tertentu sesuai dengan kegunaannya, seperti untuk memilih peserta didik masuk rombongan belajar yang sama, untuk mengelompokkan peserta didik dalam kegiatan belajar, dan untuk menyelesaikan peserta didik yang mewakili sekolah dalam lomba antar sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar