A. PENGERTIAN TES, PENGUKURAN,
EVALUASI, dan ASESMEN
1.
Pengertian Tes
Istilah tes diambil
dari kata testum suatu pengertian
dalam bahasa Prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam
ulia, ada pula yang mengartikan sebagai sebuah piring yang di buat dari tanah.
Seorang ahli bernama
James Ms. Cattel, pada tahun 1890
telah memperkenalkan pengertian tes ini kepada masyarakat melalui bukunya yang
berjudul Mental Test and Mearsurement. selanjutnya
di Amerika Serikat tes ini berkembang dengan cepat sehingga dalam tempo yang
tidak begitu lama masyarakat mulai menggunakannya.
Banyak ahli yang
mulai mengembangkan tes ini untuk berbagai bidang, namun yang terkenal adalah
sebuah tes inteligensi yang disusun oleh seorang Prancis bernama Binet, yang kemudian dibantu
penyempurnaannya oleh Simon,
sehingga tes tersebut dikenal sebagai tes Binet
Simon(tahun 1904). Dengan alat ini Binet Simon berusaha untuk
membeda-bedakan anak menurut tingkat inteligensinya. Dari pekerjaan Binet dan
Simon inilah kemudian kita kenal istilah-istilah: umur kecerdasan (mental age)n, umur kalender(chronological age), dan indeks kecerdasan.
Inteligensi Kuosien atau Intelligence
Quotient (IQ).
Sebagai
perkembangannya, Yerkes di Amerika
Serikat menyusun tes sekelompok (group
test) yang digunakan untuk menyeleksi calon militer sebanyak-banyaknya
dalam waktu yang singkat karena diperlukan untuk waktu perang Dunia 1. Tes ini
dikenal dengan nama Army Alpha dan Army Betha.
Didorong oleh
munculnya statistik dalam penganalisaan data dan informasi, maka akhirnya tes
ini digunakan dalam berbagai bidang seperti tes kemampuan dasar, tes kelelahan
perhatian, tes ingatan, tes minat, tes sikap, dan sebagainya. Yang terkenal
penggunaanya di sekolah hanyalah tes prestasi belajar.
Sebelum sampai
kepada uraian yang lebih jauh, maka akan diterangkan dahulu arti dari beberapa
istilah-istilah yang berhubungan dengan tes ini.
Tes sebelum ada
ejaan yang disempurnakan dalam bahasa Indonesia ditulis dengan test, adalah
merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur
sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah di tentukan.
Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan misalnya:
melingkari salah satu huruf di depan pilihan jawaban, menerangkan, mencoret
jawaban yang salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab secara lisan, dan
sebagainya.
Tes
secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus
dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas
yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu
aspek tertentu dari peserta tes. Dalam kaitan dengan pembelajaran
aspek tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi. Tes berasal dari bahasa
Perancis yaitu “testum” yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia dari
material lain seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Kemudian diadopsi
dalam psikologi dan pendidikan untuk menjelaskan sebuah instrumen yang
dikembangkan untuk dapat melihat dan mengukur dan menemukan peserta Tes yang
memenuhi kriteria tertentu. Cronbach (dalam Azwar, 2005) mendefinisikan tes
sebagai “a systematic procedure for observing a person’s behavior and
describing it with the aid of a numerical scale or category system”.
Menurut Ebster’s Collegiate (dalam Arikunto, 1995), tes adalah serangkaian
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok. Dari dua definisi tersebut dan uraian lebih jauh
tentang itu dapat ditarik pengertian bahwa: (1) tes adalah prosedur pengukuran
yang sengaja dirancang secara sistematis, untuk mengukur atribut tertentu,
dilakukan dengan prosedur administrasi dan pemberian angka yang jelas dan
spesifik, sehingga
hasilnya relatif ajeg bila dilakukan
dalam kondisi yang relatif sama; (2) tes pada umumnya berisi sampel perilaku,
cakupan butir tes yang bisa dibuat dari suatu materi tidak terhingga jumlahnya,
yang secara keseluruhan mungkin mustahil dapat tercakup dalam tes, sehingga tes
harus dapat mewakili kawasan (domain) perilaku yang diukur, untuk itu perlu pembatasan
yang jelas; (3) tes menghendaki subjek agar menunjukkan apa yang diketahui atau
apa yang dipelajari dengan cara menjawab atau mengerjakan tugas dalam tes.
Respon subjek atas tes merupakan perilaku yang ingin diketahui dari
penyelenggaraan tes, karena tes memang mengukur perilaku, sebagai manifestasi
atribut psikologis yang mau diukur.
Tes Adalah
seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus
dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya
terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran
tertentu.
2. Pengertian
Pengukuran dan Penilaian
Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat
kita selalu melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari,
kita jelas-jelas mengadakan pengukuran dan penilaian.
Dari kedua kalimat
di atas kiat suadah menemui tiga buah istilah yaitu: evaluasi, pengukuran, dan
penilaian. Sementara orang memang lebih cenderung mengartikan ketiga kata
tersebut sebagai suatu pengertian yang sama sehingga dalam memakainya hanya
tergantung dari kata mana yang sedang siap untuk diucapkannya. Akan tetapi
sementara orang yang lain, membedakan ketiga istilah tersebut. Dan untuk
memahami apa persamaan, perbedaan, ataupun hubungan antara ketiganya, dapat
dipahami melelui contoh-contoh di bawah ini:
a. Apabila ada orang yang akan memberi sebatang
pensil kepada kita, dan kita disuruh memilih antara dua pensil yang tidak sama
panjangnya, maka tentu saja kita akan memilih yang “panjang”. Kita tidak akan
memilih yang “pendek” kecuali ada alasan yang sangat khusus.
b.
Pasar, merupakan suatu tempat bertemunya orang-orang yang akan menjual dan
membeli. Sebelum menentukan barang yang akan dibelinya, seorang pembelia akan
memilih dahulu mana barang yang lebih “baik” menurut ukurannya. Apabila ia
ingin membeli jeruk, dipilihnya jeruk, dipilihnya jeruk yang besar, kuning, dan
halus. Semuanya itu dipertimbangkan karena menurut pengalaman sebelumnya,
jenis-jenis jeruk yang demikian ini rasanya manis. Sedangkan jeruk yang masih
kecil, hijau, dan kulitnya agak kasar, biasanya masam rasanya.
Dari contoh-contoh
diatas ini dapat kita bahwa sebelum menentukan pilihan, kita mengadakan penilaian terhadap benda-benda yang akan
kita pilih. Dalam contoh pertama kita mana pensil yang lebih panjang, sedangkan
dalam contoh kedua kita menentukan dengan perkiraan kita atas jeruk yang baik,
yaitu yang rasanya manis.
Untuk dapat
mengadakan penilaian, kita mengadakan pengukuran
terlebih dahulu. Jika ada pengaris, maka sebelum menentukan mana pensil
yang lebih panjang, kita ukur dahulu kedua pensil tersebut. Dan setelah
mengetahui berapa panjang masing-masing pensil itu, kita mengadakan penilaian
dengan melihat bandingan panjang antara kedua pensil tersebut. Dapatlah kita menyatakan
“ini pensil panjang, dan ini pensil pendek “. Mana pensil yang panjang,
itulah yang kita ambil.
Untuk menentukan
penilaian mana jeruk yang manis, kita tidak menggunakan “ukuran manis”, tetapi
menggunakan ukuran besar kuning, dan
halus kulitnya. Ukuran ini tidak mempunyai wujud seperti kayu penggaris
yang sudah diteera, tetapi diperoleh berdasarkan pengalaman.
Sebenarnya kita juga
mengukur, yakni membandingkan jeruk-jeruk yang ada dengan ukuran tertentu.
Setelah itu kita menilai, menentukan pilihan mana jeruk yang paling memenuhi
ukuran itulah yang kita ambil.
Dengan demikian kita
mengenal dua macam ukuran, yakni ukuran yang terstandart (meter, kilogram,
takaran, dan sebagainya) ukuran tidak terstandart (depa, jengkal, langkah, dan
sebagainya) dan ukuran perkiraan berdasarkan hasil pengalaman (jeruk manis
adalah yang kuning, besar, dan halus kulitnya).
Dua langakah kegiatan yang dilalui sebelum mengambil
barang untuk kita, itulah yang disebut mengadakan evaluasi, yakni mengukur dan
menilai. Kita tidak dapat mengadakan penilaian sebelum kita mengadakan
pengukuran.
- Mengukur adalah
membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuntitatif.
- Menilai adalah
mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian
bersifat kualitatif.
- Mengadakan evaluasi
meliputi kedua langkah di atas, yakni engukur dan menilai.
Di dalam isitlah
asingnya, pengukuran adalah mearsurement,
sedang penilaian adalah evaluation.
Dari kata evaluation inilah diperoleh
kata Indonesia, evaluasi yang berarti menilai (tetapi dilakukan dengan mengukur
terlebih dahulu). Di buku ini ketiga istilah tersebut digunakan bergantian
tanpa mengubah makna.
a.
Pengertian pengukuran
Pengukuran
(measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi
numerik dari suatu tingkatan dimana seorang siswa telah mencapai karakteristik
tertentu. Hasil Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penetuan
nilai kuantitatif.
Pengukuran yang
dalam bahasa Inggris dikenal dengan mearsurement
dan dalam bahasa Arabnya adalah muqayasah,
dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk “mengukur” sesuatu.
Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar
ukuran tertentu. Misalnya mengukur suhu badan dengan ukuran berupa thermometer:
hasilnya: 36°
Celcius, 38° Celcius, 39°Celcius dan seterusnya. Contoh lain: Dari 100 butir
soal yang diajukan dalam tes, Ahmad menjawab dengan betul sebanyak 80 butir
soal. Dari contoh tersebut dapat kita pahami bahwa pengukuran itu sifatnya
kuantitatif.
Pengukuran adalah suatu usaha untuk mengetahui
keadaan sesuatu seperti apa adanya. Dalam pelaksanaan pembelajaran, pengukuran
hasil belajar bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku
pelajar setelah selesai mengikuti suatu kegiatan belajar. Kegiatan pengukuran
umumnya guru menggunakan tes sebagai alat ukur.
Pengukuran
didefinisikan sebagai kegiatan sistemik menentukan angka/skor obyek atau gejala
yang diukur dengan ukuran tertentu. Ukuran yang digunakan dapat berupa ukuran
standar (m, kg, ton, rupiah, dsb) atau ukuran tidak standar (depa, jengkal,
langkah, dsb).
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas,
biasanya terhadap suatu standar atau satuan
pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas
fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir
semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan
konsumen.
Pengukuran adalah proses pemberian
angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan
atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup dimengerti orang walau
misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain kita sering
kali melakukan pengukuran.
Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan
atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau
peristiwa, atau benda , sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka.
b.
Pengertian Penilaian
“Penilaian” berarti
menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu mengandung arti: mengambil keputusan
terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik atau
buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya. Jadi penilaian itu sifatnya adalah
kualitatif. Dalam contoh di atas tadi, seseorang yang suhu badannya 36°Celcius termasuk
orang yang normal kesehatannya, dengan demikian orang tersebut dapat ditentukan
bahwa Ahmad termasuk anak yang pandai.
Masroen menegaskan bahwa istilah
penilaian
Penilaian adalah usaha yang bertujuan untuk
mengetahui keberhasilan belajar dalam penguasaan kompetensi. Selain itu
penilaian bertujuan untuk mengetahui berhasil tidaknya pelaksanaan
pembelajaran.
Pada dasarnya pengukuran dan
penilaian memiliki persamaan dan perbedaan. Pengukuran terarah pada tindakan
atau proses untuk menentukan kuantitas sesuatu, karena itu biasanya diperlukan
alat bantu. Sedangkan penilaian menentukan kualitas atau nilai sesuatu.
Penilaian
(assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat
penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa
atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Dalam rancangan
penilaian hasil belajar Depdiknas, penilaian didefinisikan sebagai proses
sistematis meliputi pengumpulan
informasi (angka, deskripsi verbal), analisis, interpretasi informasi untuk
membuat keputusan. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau
prestasi belajar seorang siswa.
Kegiatan
penilaian hasil belajar sains dilakukan untuk menafsirkan hasil pengukuran dan
menentukan pencapaian hasil belajar sains berdasarkan kriteria tertentu.
Umumnya digunakan kategorisasi seperti baik-buruk, benar-salah, sangat
setuju-sangat tidak setuju, dan sebagainya.
Pendekatan dalam
penilaian pembelajaran biasanya terdiri atas: Penilaian Acuan Norma (Norm-Referenced-PAN)
dan Penilaian Acuan Patokan (Criterion-Referenced-PAP). PAN adalah penilaian
yang membandingkan hasil pengukuran yang diperoleh orang lain dalam
kelompoknya. Sedangkan PAP adalah penilaian berdasarkan patokan atau kriteria
tertentu yang sudah ditentukan terlebih dahulu.
Penilaian (assessment) adalah
penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian
kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan
tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil
penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata)
dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses
pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Penilaian
(assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat
penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta
didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.
Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar
seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan
naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran
berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Menurut TGAT (1987),
penilaian atau asesmen mencakup semua cara yang digunakan untuk unjuk kerja
individu. Proses asesmen meliputi pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian
belajar peserta didik. Bukti ini tidak melalui tes saja, tetapi juga
dikumpulkan melalui pengamatan atau laporan diri (self report). Definisi
penilaian berkaitan dengan semua proses pendidikan, seperti karakteristik
peserta didik, karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan
administrasi.
c.
Pengertian evaluasi
Definisi yang
pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950). Ahli ini mengatakan bahwa
evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana,
dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum,
bagaimana yang belum dan apa sebabnya. Definisi yang lebih luas dikemukakan
oleh dua ahli lain, yakni
Cronbach dan
Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan
sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat
keputusan.
Adapun dari segi
istilah, sebagaimana dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977): Evaluation refer to the act or process to
determining the value of something. Menurut definisi ini, maka istilah
evaluasi itu menunjuk kepada atau mengandung pengertian: suatu tindakan atau
suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Secara harfiah kata
evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation
dalam bahasa arab : al-Taqdir dalam bahasa indonesia berarti; penilaian.
Akar katanya adalah value: dalam
bahasa arab: al-Qimah dalam bahasa Indonesia berarti nilai. Dengan demikian secara harfiah, evaluasi pendidikan (educational evaluation = al-Taqdir
al-Tarbawiy) dapat diartikan sebagai: penilaian dalam (bidang) pendidikan
atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.
Evaluasi adalah
mencakup dua kegiatan yang telah dikemukakan terdahulu, yaitu mencakup
“pengukuran” dan “penilaian”. Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk
menilai sesuatu. Untuk dapat menentukan nilai dari sesuatu yang sedang dinilai
itu adalah pengujian, dan pengujian yang dalam dunia inilah yang mendalam dunia
kependidikan dikenal dengan istilah tes.
Evaluasi
adalah penentuan nilai suatu program dan penentuan pencapaian tujuan suatu
program. Evaluasi berkaitan dengan proses pengumpulan data untuk menentukan
sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana dari tujuan pendidikan dapat
tercapai.
Kegiatan
evaluasi hasil belajar sains menggunakan patokan-patokan untuk menetapkan
sesuatu, patokan-patokan ini boleh bersumber dari hasil pengukuran atau
pengujian atau tes atau mungkin juga bersumber dari sendiri oleh si penilai,
sehingga subjektivitasnya sangat tinggi
Secara harafiah evaluasi berasal dari
bahasa Inggris evaluation
yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily:
1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating,
obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”.
Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan
informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
Evaluasi adalah
kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah
direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula
untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya.
Evaluasi
adalah proses pemberian makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut
dengan kriteria tertentu.
3.
Pengertian Asesmen
Asesmen (asessment) adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil
pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan
keputusan. Asesmen adalah bagian yang penting dalam proses pembelajaran didalam
bidang studi apapun. Asesmen hendaknya dibedakan dari pengukuran prestasi
belajar. Pengukuran prestasi belajar menyangkut pengumpulan informasi tentang
prestasi murid-murid melalui tesdan lembar kerja, sedangkan asesmen merupakan
konsep yang lebih luas mencakup penilaian profesional pendidik,perasaan dan
pengamatan, serta informasi-informasi lain yang anda kumpulkan dari lingkungan
belajar.
Asesmen secara
sederhana dapat diartikan sebagai proses pengukuran dan non pengukuran dan non
pengukuran untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan aturan
tertentu. Dalam pelaksanaan asesmen pembelajaran guru dihadapkan pada 3 (tiga)
istilah yang sering dikacaukan pengertiannya, atau bahkan sering pula digunakan
secara bersama yaitu istilah pengukuran, penilaian, dan test.
Sesungguhnya,
dalam konteks penilaian ada beberapa istilah yang digunakan, pengukuran,
asesment, dan evaluasi. Pengukuran atau
measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas
suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat
numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen
untuk melakukan penilaian. Unsur pokok dalam kegiatan pengukuran ini, antara
lain adalah sebagai berikut:
1) Tujuan pengukuran
2) Ada objek ukur
3) Alat ukur
4) Proses pengukuran
5) Hasil pengukuran kuantitatif
Sementara, pengertian asesmen adalah kegiatan
mengukurdan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau
membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan.
Pengertian
Asesmen Menurut Para Ahli :
• Wallace &
Longlin (1979) Asesmen merupakan suatu proses sistematis dengan menggunakan
instrumen yang sesuai untuk mengetahui perilaku belajar, penempatan, dan
pembelajaran.
• Rosenberg
(1982) Asesmen merupakan suatu proses pengumpulan informasi yang akan digunakan
untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran
anak.
• Robert M.
Smith (2002) “Asesmen adalah suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan
anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan anak, yang mana hasil
keputusannya dapat digunakan untuk menentukan layanan pendidikan yang
dibutuhkan anak
sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran”.
• McLounghlin
& Lewis (1986) Asesmen adalah proses yang sistematis dalam mengumpulkan
data seorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang
dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang
sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut, guru akan dapat
menyusun program pembelajaran yang bersifat realistis sesuai dengan kenyataan
yang obyektif.
• Fallen &
Umansky (1988) Asesmen adalah proses pengumpulan data untuk tujuan pembuatan
keputusan dan menerapkan seluruh proses pembuatan keputusan tersebut, mulai
diagnosa paling awal terhadap problem perkembangan sampai penentuan akhir
terhadap program anak.
• Mangungsong
(1995) asesmen adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi,
data-data yang berkaitan dalam membantu seseorang mengambil keputusan yang
berkaitan dengan masalah pendidikan.
ASESMEN
• Proses
sistematis yang bersifat komprehensip,
• Berupa
informasi (data/fakta/evidence) untuk mengetahui gejala dan
intensitasnya, kendala-kendala yang dialami, serta kelemahan dan kekuatan anak,
• Adanya
pembanding informasi tersebut dengan suatu parameter/ukuran dengan menggunakan
instrumen,
• Adanya pelaku “asesor”
(melibatkan tim) yang mengumpulkan informasi,
• Digunakan
untuk menyusun suatu program pembelajaran yang dibutuhkan anak yang bersifat
realistis, sesuai dengan kenyataan secara objektif.
B. FUNGSI, TUJUAN dan JENIS ASESMEN.
a.Fungsi Asesmen
Kita
semua telah tahu bahwa tugas pendidik adalah mendesain materi dan situasi di
kelas agar siswa dapat belajar untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan.
Setelah Anda mempelajari apa keunggulan dan tujuan dari asesmen khusunya asesmen
berbasis kelas, maka perlu pula diketahui fungsi dari penilaian kelas tersebut.
Secara rinci fungsi dari penilaian kelas dapat dijelaskan sebagai berikut
(Diknas, 2006):
a.
Kalau tujuan pembelajaran adalah pencapaian standar kompetensi maupun
kompetensi dasar, maka penilaian kelas ini dapat menggambarkan sejauhmana
seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi.
b.
Asesmen berbasis kelas dapat berfungsi pula sebagai landasan pelaksanaan
evaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik
memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk
pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan, dalam hal
ini terkait erat dengan peran guru sebagai pendidik sekaligus pembimbing.
c.
Sejalan dengan tujuan asesmen yang telah dikemukakan di atas maka salah satu
fungsi asesmen berbasis kelas ini adalah menemukan kesulitan belajar dan
kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat
diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seorang siswa perlu
mengikuti remedial atau justru memerlukan program pengayaan.
d.
Dengan demikian asesmen juga akan berfungsi sebagai upaya pendidik untuk dapat
menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang telah dilakukan
ataupun yang sedang berlangsung. Temuan ini selanjutnya dapat digunakan sebagai
dasar penentuan langkah perbaikan proses pembelajaran berikutnya, guna
peningkatan capaian hasil belajar siswa .
e.
Kesemuanya dapat dipakai sebagai kontrol bagi guru sebagai pendidik dan
semua
stake holder pendidikan dalam lingkup sekolah tentang gambaran kemajuan
perkembangan proses dan hasil belajar peserta didik.
b. Tujuan
Asesmen
1. Tujuan Asesmen
Pertanyaan
yang kemudian muncul untuk Anda adalah apakah Anda tahu secara persis apakah
sebenarnya tujuan dari penilaian kelas. Secara rinci tujuan tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a.
Dengan melakukan asesmen berbasis kelas ini pendidik dapat mengetahui seberapa
jauh siswa dapat mencapai tingkat pencapai kompetensi yang dipersyaratkan, baik
selama mengikuti pembelajaran dan setelah proses pembelajaran berlangsung.
b. Saat melaksanakan asesmen ini, Anda sebagai pendidik juga
akan bisa langsung memberikan umpan balik kepada peserta didik, sehingga tidak
pelu lagi menunda atau menunggu ulangan semester untuk bisa mengetahui kekuatan
dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.
c. Dalam asesmen berbasis kelas ini, Anda juga secara terus
menerus dapat melakukan pemantauan kemajuan belajar yang dicapai setiap peserta
didik, sekaligus Anda dapat mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta
didik sehingga secara tepat dapat menentukan siswa mana yang perlu pengayaan
dan siswa yang perlu pembelajaran remedial untuk mencapai kompetensi yang
dipersyaratkan.
d. Hasil pemantauan kemajuan proses dan hasil pembelajaran
yang dilakukan terus menerus tersebut juga akan dapat dipakai sebagai umpan
balik bagi Anda untuk memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber
belajar yang digunakan, sesuai dengan kebutuhan materi dan juga kebutuhan
siswa.
e. Hasil-hasil pemantauan tersebut, kemudian dapat Anda
jadikan sebagai landasan untuk memilih alternatif jenis dan model penilaian
mana yang tepat untuk digunakan pada materi tertentu dan pada mata pelajaran
tertentu, yang sudah barang tentu akan berbeda. Anda sebagai pendidik yang tahu
persis pertimbangan pemilihannya
f. Hasil dari asesmen ini dapat pula memberikan informasi
kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan, tidak perlu
menunggu akhir semester atau akhir tahun. Komunikasi antara pendidik, orang tua
dan komite harus dijalin dan dilakukan terus menerus sesuai kebutuhan 1 - 16 Unit 1
2. Tujuan Asesmen:
Tujuan utama
penggunaan asesmen dalam pembelajaran (classroom assessment) adalah membantu
guru dan siswa dalam mengambil keputusan propesional untuk memperbaiki
pembelajaran. Menurut Popham (1995:4-13) asesmen bertujuan untuk antara lain
untuk:
· mendiagnosa kelebihan dan kelemahan
siswa dalam belajar.
· memonitor kemajuan siswa.
· menentukan jenjang kemampuan siswa.
· menentukan efektivitas pembelajaran.
· mempengaruhi persepsi publik tentang
efektivitas pembelajaran.
· mengevaluasi kinerja guru kelas.
· mengklarifikasi tujuan pembelajaran
yang dirancang guru.
Makna
asesmen dalam pendidikan dan pembelajaran
Ø Berikut beberapa implikasi terapan dalam
proses pembelajaran di sekolah :
§ Asesmen merupakan bagian integral dari proses
pembelajaran.
§ Menentukan kriteria keberhasilan.
§ Untuk memperoleh hasil asesmen yang maksimal
yang dapat menggambarkan proses dan hasil yang sesungguhnya.
§ Dalam pelaksanaannya asesmen pembelajaran
ranah afektif.
§ Pengukuran aspek psikologis termasuk
pengukuran proses dan hasil pembelajaran pada umumnya dikembangkan berdasar
atas sampel tingkah laku yang terbatas.
§ Pendefinisian konstruk psikologis pada skala
pengukuran merupakan masalah yang cukup pelik, mengingat bahwa kenyataan hasil
belajar merupakan suatu kualitas pemahaman siswa terhadap materi.
§ Konstruk psikologis dalam proses dan hasil
pembelajaran tidak dapat didifinisikan secara tunggal, tetapi selalu
berhubungan dengan konstruk yang lain.
§ Perlu dipahami bahwa hasil pengukuran dan
nilai yang diperoleh dalam asesmen proses dan hasil belajar mengandung
kekeliruan. Angka yang diperoleh sebagai hasil pengukuran baik dengan
menggunakan tes ataupun nontes mengandung kesalahan. Untuk itu kegiatan
pengukuran dalam prosedur asesmen yang baik harus dipersiapkan sedemikian rupa
sehingga dapat memperkecil kekeliruan. Kesalahan dapat bersumber dari alat
ukur, dari gejala yang diukur, maupun interpretasi terhadap hasil pengukuran
tersebut. Untuk kperluan mengeliminir kesalahan ini disarankan untuk melakukan
try out isntrumen pengukurang dan melakukan analisis item.
v Jenis-jenis asesmen
1. Asesmen formatif
dan sumatif
2. Asesmen obyektif
dan subyektif
3. Asesmen acuan
patokan dan acuan normatif
4.
Asesmen formal dan informal
5. Asesmen autentik (Asesmen kineja)
6. Asesmen
portofolio
v Bentuk
– bentuk Assesmen Portofolio
Dari kedua assesmen
portifolio tersebut dalam pelaksanaannya assesmen portofolio terbagi kedalam
beberapa bentuk instrumen evaluasi atau tes. Adapun bentuk – bentuk assesmen
portofolio diantaranya sebagai berikut:
a. cacatan anekdotal yaitu berupa lembaran khusus yang mencatat segala bentuk
kejadian mengenai prilaku siswa, khususnya selama berlangsungnya proses
pembelajaran.
b. ceklist atau daftar cek yaitu daftar
yang telah disusun berdasarkan tujuan perkembangan yang hendak dicapai siswa.
c. skala penilaian yang mencatat
isyarat tujuan kemajuan perkembangan siswa.
d. respon – respon siswa terhadap
pertanyaan
e. tes skrining yang berguna untuk
mengidentifikasi ketrampilan siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya : tes
hasil belajar, PR, LKS, dan laporan kegitan lapangan.
Saat melaksanakan asesmen, pendidik juga dapat langsung
memberikan umpan balik kepada peserta didik. Pendidik dapat terus melakukan
pemantauan kemajuan belajar yang dialami peserta didik. Hasil pantauan kemajuan
prosesdan hasil pembelajaran yang dilakukan terus menerus tersebut juga akan
dapat dipakai sebagai umpan balik untuk memperbaiki metode, pendekatanb
kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan, sesuai dengan kebutuhan materi dan
kebutuhan siswa. Hasil asesmen dapat pula memberikan informasi kepada orang tua
dan Komite Sekolah tentang efektivitas pendidikan. Asesmen portofolio merupakan
bentuk evaluasi kinerja yang paling popular, biasanya berbentuk file atau
folder yang berisi koleksi karya peserta didik.
C. Pendekatan Asesmen/Penilaian
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan
penilaian hasil belajar, yaitu penilaian yang mengacu kepada norma (Penilaian
Acuan Norma atau norm-referenced assesment) dan penilaian yang mengacu kepada
kriteria (Penilaian Acuan Kriteria atau criterion referenced assesmaent).
Perbedaan kedua pendekatan tersebut yaitu letak pada acuan yang di pakai.
Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan
penilaian yang digunakan adalah penilaian yang mengacu kepada kriteria atau
patokan. Dalam hal ini prestasi peserta didik ditentukan oleh kriteria yang
telah detetapkan untuk penguasaan susatu kompetensi. Meskipun demikian, kadang
– kadang dapat digunakan penilaian acuan norma, atau maksud khusus tertentu
sesuai dengan kegunaannya, seperti untuk memilih peserta didik masuk rombongan
belajar yang sama, untuk mengelompokkan peserta didik dalam kegiatan belajar,
dan untuk menyelesaikan peserta didik yang mewakili sekolah dalam lomba antar
sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar