Bahan
Ajar
Menghargai
Diri Sendiri dan Orang Lain
Salah satu hal yang membantu kita menerima diri
sendiri adalah dengan menghargai diri sendiri. Pandangan jelek terhadap diri
sendiri, baik beralasan maupun tidak, sedikit banyak akan tercermin dalam sikap
terhadap orang-orang disekitar kita. Misalnya, jika kita merasa tersiksa karena
kita merasakan suatu kekurangan, rasa penyesalan itu akan tertumpuk dalam hati
kita, yang kemudian tersalurkan dalam bentuk sikap permusuhan terhadap dunia
luar. Sebaliknya jika kita belajar untuk menghargai dan bersikap ramah pada
diri sendiri, maka sedikit banyak akan bisa menambah cinta kita kepada orang
lain.
Bila kita tak sanggup memecahkan persoalan-persoalan
kita diri sendiri, kita mulai membenci orang lain. Hasilnya adalah bisa
dikatakan sebagai lingkaran setan yang akan menghancurkan diri sendiri, kita
semua menghargai diri kita sendiri, dominan atau tidak, pd atau tidak pd,
pintar atau tidak pintar, Sukses atau Gagal kita harus menghargai diri kita
sendiri. Kalau kitak menghargai diri sendiri, bagaimana orang mau menghargai
kita?
Jadi, pada pembahasan selanjutnya akan lebih di
paparkan mengenai respek terhadap diri sendiri dan orang lain
A. PENGERTIAN
Menurut kamus bahasa Inggris kata respect/respek
diartikan sebagai :
1.
Mengormati
2.
Menaruh hormat
3.
Menghargai, dan menjunjung tinggi
4.
Mengakui dan menaati
Respek adalah rasa hormat. Bukan sekedar hormat saja,
tapi juga hormat yang disertai rasa kekaguman. Bisa dibilang ini adalah tingkat
lanjutan dari simpati. Respek bukan sekedar tertarik dan kagum karena hal-hal
yang dilihat secara sekilas saja, tapi rasa respek terhadap orang tertentu baru
muncul setelah seseorang mengetahui pribadi atau perbuatan si orang yang
direspek dengan lebih dalam. Misalnya setelah berkenalan dengan seorang teman,
kemudian dalam tempo waktu tertentu menyadari bahwa dia ahli dalam suatu
bidang, bisa jadi timbul rasa respek terhadap teman itu. Respek tidak sama
dengan rasa takut. Rasa hormat dan penghargaan adalah kasih sayang dan
kesadaran bahwa diri adalah bagian dari sebuah masyarakat, dalam hal ini,
masyarakat sekolah.
Jadi kesimpulannya, respek terhadap diri sendiri
adalah rasa hormat dan kagum terhadap kemampuan diri sendiri. Sedangkan respek
terhadap orang lain adalah rasa hormat-menghormati serta mengagumi kepribadian
orang lain.
B. Cara Menghargai (respek)
Diri sendiri dan Orang Lain
Adapun cara yang dapat kita lakukan untuk menhargai
diri kita sendiri atau respek terhadap diri sendiri yaitu:
1. Menerima diri apa
adanya
Sebagian besar manusia dilahirkan dengan bentuk fisik
yang utuh. Tapi, masih saja merasa kurang dan mengeluhkan tentang ini dan itu.
Memang banyak orang yang dianugerahi keindahan bentuk dan tampilannya. Tetapi
kesempurnaan manusia tidak terletak pada keindahan fisiknya semata, melainkan
perilaku, tabiat dan kemuliaan akhlaknya. kesempurnaan fisik bukanlah
segala-galanya.
2. Menghindari perilaku
yang merusak diri.
Tanpa disadari, kita sering melakukan sesuatu yang
merusak diri sendiri. Misalnya, cara berkendara yang ugal-ugalan.
3. Memupuk rasa malu.
Rasanya tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa
rasa malu itu merupakan salah satu indikasi utama yang membedakan antara orang
yang waras dengan para penderita skizofrenia.. Bayangkan jika kita tidak
memiliki rasa malu. Kita pasti akan melakukan semua hal yang tidak sesuai
dengan norma. Jika sudah demikian, masih adakah harga diri kita? Orang justru
dihargai karena penempatan rasa malunya secara tepat. Maka memupuk rasa malu
adalah kebutuhan mutlak untuk menjaga harga diri kita sendiri.
4. Menjaga nama baik.
Tidak ada yang mau menghargai orang-orang yang tidak
mempunyai nama baik. Jika nama sudah tercemar, maka orang pun akan segera
menjauhi kita. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk menjaga nama baik. Apalagi
jika kita sadar bahwa ketika melakukan suatu perbuatan melanggar norma,
sesungguhnya kita tidak hanya mempertaruhkan nama baik kita sendiri, melainkan
juga nama baik keluarga, dan orang-orang terdekat kita.
5. Menjaga perilaku
tetap baik.
Hadiah paling indah yang bisa kita berikan kepada diri
sendiri adalah amal baik yang kita lakukan selama hidup.
6. Kenali Diri Sendiri
Mengenali diri merupakan bagian tersulit dalam proses
menghargai diri. Mengenali diri merupakan sebuah proses yang menuntut kejujuran
kita dalam melihat dan mengevaluasi diri. Hanya dengan kejujuran inilah kita
bisa mengidentifikasi keunggulan kita dan hal-hal dalam diri kita yang masih
perlu kita perbaiki ataupun kembangkan lebih lanjut. Dengan mengenal diri kita
dengan baik, kita bisa memilih strategi terbaik untuk berinteraksi dan bekerja
sama dengan orang lain. Jika kita telah mengenal diri dengan baik, kita bisa
memahami kekuatan kita yang bisa kita “bagikan” kepada orang lain. Kita juga
bisa memahami apa yang bisa kita pelajari dari orang lain.
7. Menghargai Diri
sebagai Ciptaan Tuhan
Menghargai diri sebagai ciptaan Tuhan membuat kita
tetap rendah hati walaupun telah diberi kesempatan menikmati banyak kesuksesan.
Menghargai diri sebagai ciptaan Tuhan juga dapat membuat kita lebih tegar dalam
menyikapi kelemahan kita. Semua ciptaan Tuhan adalah sempurna menurut fungsi
dan tanggung jawab yang kita emban dalam hidup ini. Kita tidak perlu meratapi
diri dalam menghadapi kelemahan yang tidak bisa diperbaiki. Kelemahan ini
membuat kita mendapat kesempatan melihat hal-hal lain yang bisa kita lakukan
bukan terpaku pada hal-hal yang tidak bisa kita lakukan lagi.
8. Sadari
bahwa kita ini unik
Yakinlah bawwa diri kita adalah unik dan tidak ada
yang bisa menduplikasi dari keunikan kita. Dari jumlah manusia yang milyar
angkanya , tidak ada yang seperti kita sebelum kita hadir di dunia ini, dan
tidak ada yang seperti kita pada saat kita ada didunia ini, lebih lagi di masa
akan datang tidak aka nada yang bergerak, berbicara dan berpikir sama persis
seperti kita.
9. Atasi Kelemahan
diri
langkah yang satu ini sering kali sulit kita lakukan.
Kita seringkali tidak mau mengakui kelemahan kita. Kita sering kali
mengandalkan penilaian orang lain semata terhadap kelemahan kita. Padahal
sebenarnya jika kita jujur, kitalah orang yang seharusnya lebih tahu kelemahan
kita sendiri. Jika kita jujur, kita mungkin mendapatkan bahwa kelemahan kita
mungkin saja bukan kelemahan, tetapi kesalahan yang kita lakukan: kebiasaan
buruk (misalnya: kebiasaan menunda pekerjaan, kebiasaan melakukan terlalu
banyak pekerjaan dalam kurun waktu tertentu; sikap negatif (misalnya: lupa
berterima kasih pada orang-orang yang telah banyak membantu, lebih suka
melakukan segala sesuatu sendiri tanpa melibatkan orang lain); atau cara
pandang yang salah terhadap kesuksesan dan strategi untuk meraih sukses.
10. Kembangkan Diri Anda
Setelah kita mampu mengidentifikasi kelemahan dan
kekuatan kita, kita perlu membiarkan diri kita dibentuk menjadi lebih baik.
Dalam hal ini kita tidak bisa melakukannya sendirian. Selain berusaha, kita
perlu juga mengandalkan Sang Pencipta untuk membantu usaha pengembangan diri
kita.
Adapun cara untuk meraih respek terhadap orang
lain adalah:
• Jangan orang menghina atau mengolok-olok mereka.
• Mendengarkan orang lain ketika mereka berbicara.
• Nilai orang lain pendapat.
• Pertimbangkan kesukaan dan ketidaksukaan orang lain.
• Jangan mengejek atau menggoda orang .
• Jangan bicara tentang orang-orang di belakang mereka
.
• Jadilah peka terhadap perasaan orang lain .
• Jangan menekan seseorang untuk melakukan sesuatu
yang dia tidak ingin melakukannya
1.
beberapa cara kita bisa menghormati orang yang berbeda
dari kita:
• Cobalah untuk belajar sesuatu dari orang lain .
• Jangan Pernah stereotip orang .
• Menunjukkan minat dan penghargaan untuk budaya dan
latar belakang orang lain.
• Jangan pergi bersama dengan prasangka dan sikap
rasis .
Menghargai diri sendiri, kedengarannya agak egois ya? Tidak juga. Toh artinya tidak sama dengan narsis. Harga diri seseorang justru bisa meningkatkan nilai-nilai moral dan budaya umat manusia. Seseorang yang dikenal berperilaku buruk – misalnya – sering dinilai merendahkan martabat lingkungan tempat tinggalnya. Faktanya, komunitas yang terdiri dari orang-orang yang mampu menjaga harga dirinya jauh lebih terhormat dari komunitas lain yang terdiri dari orang-orang yang tidak pandai menjaganya. Makanya, orang yang dinilai tidak punya harga diri sering disisihkan dari lingkungan yang baik. Jadi menghargai diri sendiri itu bukan sekedar mementingkan diri sendiri, melainkan bentuk penghargaan kita kepada lingkungan dimana kita berada juga. Sekalipun demikian, harga diri seseorang tidak mungkin terbentuk jika dia sendiri tidak menghargainya. Maka setiap orang perlu belajar untuk menghargai dirinya sendiri.
Harga diri seseorang bukanlah barang komoditas yang nilainya ditentukan oleh kesepakatan transaksi antara penjual dan pembeli. Nilai sebuah harga diri semakin tinggi bukan karena dia tidak mau menjualnya. Jika turun sampai ke tingkat serendah-rendahnya pun bukan karena dia mau menjualnya. Nilai sebuah harga diri tergantung kepada bagaimana orang itu memberi nilai kepada hidupnya sendiri. Makanya hukum supply & demand tidak berlaku disini. Hukum itu sangat dipengaruhi oleh kuantitas. Maka meski kualitasnya buruk, kalau supplynya tidak bisa memenuhi demand, pasti harganya jadi tinggi. Sedangkan manusia itu unik, dan hanya satu-satunya sehingga harga diri tidak mengenal kuantitas. Dia hanya memiliki satu dimensi, yaitu kualitas. Kualitas diri seseoranglah yang paling menentukan harga dirinya. Jika orang itu berkualitas baik, maka harga dirinya juga baik. Jika perilakunya buruk, maka harga dirinya pasti jatuh terpuruk. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar meningkatkan harga diri, saya ajak memulainya dengan mempraktekkan 5 pemahaman Natural Intellligence berikut ini:
1. Menerima diri apa adanya.
Sebagian besar manusia dilahirkan dengan bentuk fisik yang utuh. Tapi, masih saja merasa kurang dan mengeluhkan tentang ini dan itu. Memang banyak orang yang dianugerahi keindahan bentuk dan tampilannya. Tetapi kesempurnaan manusia tidak terletak pada keindahan fisiknya semata, melainkan perilaku, tabiat dan kemuliaan akhlaknya. Banyak orang yang tidak mengimbangi keutuhan fisiknya dengan keteguhan, dan daya juang. Sehingga meskipun tubuhnya lengkap, tetapi mentalnya lembek. Padahal, kita melihat banyak teladan yang ditunjukkan oleh mereka yang anggota badannya tidak selengkap kita. Dalam segala keterbatasan fisiknya, mereka terus berkarya dan memberi makna. Banyak juga contoh orang yang terjerumus kepada hal-hal nista justru karena dikaruniai ketampanan atau kecantikan yang mempesona. Padahal dengan kenistaan itu, nilai kemanusiaannya dicemari ciri hewani. Sedangkan seseorang yang lahir dengan keterbatasan fisik justru terjaga kesucian dirinya. Jelas sekali jika kesempurnaan fisik bukanlah segala-galanya. Maka pantas jika kita menerima saja diri kita apa adanya, lalu menghiasinya dengan semangat, perilaku, dan akhlak yang baik.
2. Menghindari perilaku yang merusak diri.
Tanpa disadari, kita sering melakukan sesuatu yang merusak diri sendiri, lho. Misalnya, cara berkendara yang ugal-ugalan. Tidak usah mengalami insiden dulu dong untuk menyadarinya. Jika dikantor bertindak selenge’an dan semaunya sendiri, itu juga berarti merusak diri sendiri. Jangan berharap karir Anda akan bagus jika berperilaku demikian. Sebaliknya, cara berkendara yang santun itu bukan hanya menunjukkan penghormatan kepada orang lain, melainkan wujud betapa kita menghargai diri sendiri. Begitu pula dengan perilaku baik di kantor. Bukan semata-mata takut kepada atasan, segan pada pelanggan atau enggan berurusan dengan teman. Itu semua Anda lakukan untuk menjaga diri Anda sendiri. Mengapa? Jika kulit Anda sampai lecet tergores aspal, Anda sendiri yang rugi. Masih untung jika cuma lecet, ya kan? Jika penilaian kerja Anda buruk karena perilaku yang tidak koperatif, kan Anda juga yang merasakan dampak negatifnya. Soal ini, tidak ada orang yang bisa menghindarinya selain diri Anda sendiri. Maka, penting bagi kita untuk selalu menghindari perilaku yang merusak diri.
3. Memupuk rasa malu.
Rasanya tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa rasa malu itu merupakan salah satu indikasi utama yang membedakan antara orang yang waras dengan para penderita skizofrenia. Coba saja, Anda pasti malu kan untuk jalan-jalan didepan umum tanpa busana? Normalnya, kita akan merasa malu jika perbuatan buruk kita diketahui oleh orang lain. Kita malu jika ketahuan berbohong. Kita malu jika kepergok mengambil sesuatu yang bukan hak kita. Kita juga malu kalau diekspose oleh media karena tindakan-tindakan tidak pantas yang kita lakukan. Bayangkan jika kita tidak memiliki rasa malu. Kita pasti akan melakukan semua hal yang tidak sesuai dengan norma. Jika sudah demikian, masih adakah harga diri kita? Orang justru dihargai karena penempatan rasa malunya secara tepat. Malu jika harus melakukan keburukan, sehingga dia berusaha berperilaku baik. Malu jika cepat menyerah sehingga dia terdorong untuk menjadi pribadi tangguh. Malu jika harus membebani orang lain sehingga dia berusaha keras untuk lebih mandiri. Sedangkan kepada orang yang tidak tahu malu? Tak seorang pun menghargainya. Maka memupuk rasa malu adalah kebutuhan mutlak untuk menjaga harga diri kita sendiri.
4. Menjaga nama baik.
Tidak ada yang mau menghargai orang-orang yang tidak mempunyai nama baik. Jika nama Anda sudah tercemar, maka orang pun akan segera menjauhi Anda. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk menjaga nama baik. Jika sudah tercemar, bukan saja Anda akan tersingkir, tetapi juga sangat sulit untuk membangunnya kembali. Sekarang, coba perhatikan; apa saja sih yang bisa merusak nama baik seseorang? Perilaku buruk, tindakan asusila, dan pelanggaran terhadap norma umum lainnya. Maka menjaga nama baik itu sebenarnya sederhana saja. Cukup dengan berperilaku baik saja, pasti kita bisa menjaga nama baik. Bagaimana dengan perbuatan asusila? Setiap orang yang ‘ketahuan’ telah melakukannya pasti kehilangan nama baiknya. Maka, sebaiknya hindari hal itu. Jika sudah pernah kejadian? Masih ada kesempatan untuk tidak mengulanginya, bukan? Apalagi jika kita sadar bahwa ketika melakukan suatu perbuatan melanggar norma, sesungguhnya kita tidak hanya mempertaruhkan nama baik kita sendiri, melainkan juga nama baik keluarga, kantor, dan orang-orang terdekat kita.
5. Menjaga perilaku tetap baik.
Hadiah paling indah yang bisa kita berikan kepada diri sendiri adalah amal baik yang kita lakukan selama hidup. Mengapa? Karena amal baik tidak pernah rusak atau musnah. Semuanya akan tetap menjadi milik kita di dunia maupun di akhirat. Dengan perilaku baik, kita disukai oleh orang-orang yang merasakan manfaat dari amalan kita. Maka hidup kita didunia menjadi lebih bernilai. Dengan perilaku baik itu, kita juga disayang oleh Tuhan. Bayangkan jika Anda bisa mendapatkan penghargaan dari sesama manusia sekaligus kasih sayang dari Tuhan. Bukankah ini yang menjadikan hidup Anda sempurna? Aneh juga jika kita mengharapkan kebaikan didunia dan diakhirat sambil terus berbuat nista. Mungkin kita merasa aman karena tak seorang pun tahu perbuatan kita, sehingga mereka tetap menaruh hormat. Mungkin kita juga tenang-tenang saja karena uang kita bisa membeli pengampunan para penjual keadilan. Tapi, apa yang bisa Anda lakukan dihadapan Tuhan yang tidak pernah lengah mengawasi dan tidak membutuhkan apapun dari Anda? Sungguh, perilaku yang baik itulah yang bisa mengantarkan kita kepada pengkabulan doa untuk bisa meraih kebahagiaan didunia dan diakhirat kelak.
Semua orang dimuka bumi ini mempunyai satu sifat baik yang berlaku secara universal, yaitu; menghargai pribadi-pribadi yang baik. Maka jika Anda ingin dihargai oleh orang lain, Anda tidak perlu membelinya. Anda hanya perlu memastikan diri Anda sendiri sebagai orang yang baik. Jagalah harga diri Anda dengan perilaku baik. Bersikap baik. Bekerja dengan baik. Bergaul dengan orang-orang yang baik. Memperlakukan orang lain dengan cara yang baik. Maka harga diri Anda akan dengan sendirinya menanjak naik. Dengan cara itu, Anda bukan hanya menghargai diri sendiri. Tetapi telah menunjukkan kepada orang lain, bahwa Anda adalah seorang pribadi yang layak untuk dihargai.
Mari Berbagi Semangat!
Penulis : Dadang Kadarusman
Catatan Kaki:
Cara terbaik untuk menjaga harga diri kita adalah dengan hanya melakukan tindakan-tindakan baik, dan menjauhi perbuatan buruk.
C.
PRINSIP MEMBINA HUBUNGAN DENGAN ORANG LAIN MAUPUN DIRI SENDIRI
Untuk Mendapatkan Respek Terhadap Diri Sendiri Maupun
Orang Lain Terlebih Dahulu Kita Menjalin Hubungan Dengan Orang Lain Dan Diri
Sendiri Dengan Beberapa Prinsip Yaitu:
1. Pahami Karakter diri
dan Orang Lain.
Menurut Florence Littauer, dalam bukunya yang berjudul
Personality Plus, karakter/watak berbeda dengan kepribadian. Karakter adalah
diri kita yang sesungguhnya, sedangkan kepribadian adalah seperti pakaian yang
kita kenakan. Kepribadian dapat kita ubah, sedangkan karakter tidak. Setiap
manusia memiliki keunikan masing-masing. Tidak ada dua orang yang sama persis.
Setiap orang dilahirkan dengan ciri khas karakter sendiri. Karakter kita tidak
akan berubah. Yang bisa berubah adalah kepribadian kita.
2. Ciptakan Spiral
Kehidupan Positif.
Kehidupan ini seperti layaknya sebuah spiral.
Kadang-kadang spiral positif, yaitu spiral yang membesar ke atas. Hal ini
terjadi ketika segala sesuatu berjalan dengan baik, kita menjadi semakin
percaya diri dan optimis, dan hidup kita menjadi penuh berkat, akibatnya kita
memiliki sikap yang positif terhadap orang lain dan menjadikan hubungan kita
dengan orang lain menjadi lebih baik. Sebaliknya spiral negatif, atau spiral
yang mengecil ke atas, ketika segala sesuatu menjadi tidak beres dan kacau,
kehidupan kita penuh dengan kegagalan dan kesulitan, kita menjadi semakin
tertekan dan akibatnya mempengaruhi hubungan kita dengan orang lain.
3. Fokus pada Kekuatan
bukan Kelemahan.
Untuk membangun hubungan yang kokoh dan berlanjut
untuk masa yang panjang, kita perlu kemampuan untuk memfokuskan diri pada
kekuatan kita atau kekuatan orang lain, bukan pada kelemahan. Cobalah untuk
mempelajari apa yang menjadi kekuatan kita dalam berhubungan dengan orang lain.
Selain itu kita harus juga dapat melihat kekuatan atau hal-hal positif yang
dimiliki orang lain, sehingga kita dapat bersikap adil terhadap setiap orang.
Karena setiap orang memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing. Dengan
memfokuskan pada kekuatan, kita dapat senantiasa memperkuat fondasi dari setiap
hubungan yang kita bangun dengan orang lain.
4. Kembangkan Komunikasi
Empatik.
Salah satu kebiasaan manusia yang efektif yang
dirumuskan oleh Stephen Covey (7 Habits of Highly Effective People) adalah
prinsip komunikasi empatik, yang berarti berusaha mengerti terlebih dahulu,
baru dimengerti. Hal ini memerlukan perubahan paradigma yang sangat mendalam. Kita
biasanya berusaha lebih dahulu untuk dimengerti. Kebanyakan orang mendengarkan
orang lain tidak dengan maksud untuk mengerti, mereka mendengar dengan maksud
untuk menjawab. Orang Jawa mengenal prinsip ini dengan istilah tepo sliro,
artinya kita menempatkan diri kita pada situasi orang lain, sehingga kita bisa
lebih memahami perilaku orang lain kepada kita.
5. Pujian yang Tulus dan
Teguran yang Tepat.
Kita dapat membuat orang lain atau diri kita sendiri
menjadi lebih baik dengan cara memberikan pujian, dorongan dan kata-kata atau
gesture yang positif. Peliharalah hubungan Anda dengan orang lain. Pelihara dan
rawatlah hubungan pribadi kita. Kapan terakhir kita mengatakan kepada istri
bahwa kita mencintainya? Kapan terakhir mengatakan kepada seseorang bahwa kita
berterima kasih atas dukungan, perhatian, dan kerja samanya? Jika hal ini
dikatakan dengan sepenuh hati dapat menjadi sangat berarti.
6. Kehidupan Seperti
Gema.
Kehidupan adalah seperti gema. Apa yang kita kirimkan
ke luar – kembali lagi. Apa yang kita tabur – kita panen. Apa yang kita berikan
– kita peroleh. Apa yang kita lihat pada diri orang lain – ada dalam diri kita.
Merupakan hukum alam bahwa apa yang kita terima dari orang lain adalah akibat
dari apa yang kita berikan. Kita bisa mendapatkan segala-galanya yang kita
inginkan dalam kehidupan, jika kita cukup banyak membantu orang lain
mendapatkan apa yang mereka inginkan.
7. Mulai dengan Apa yang
dipikirkan.
Jika apa yang Anda pikirkan mengenai orang lain
berubah, maka sikap dan tindakan mereka terhadap Anda juga akan berubah. Karena
manusia sangat sensitif satu sama lain dalam banyak hal, kita biasanya sangat
peka terhadap apa yang dipikirkan oleh satu sama lainnya.
D. MANFAAT RESPEK TERHADAP DIRI SENDIRI
DAN ORANG LAIN
Memiliki rasa hormat (Respek) pada diri sendiri akan
membimbing moral kita dan dapat memahami diri sendiri sehingga mengetahui
kelemahan dan kekurangan diri sendiri serta potensi dan kemampuan yang ada
dalam diri sendiri. memiliki rasa hormat (respek) terhadap orang lain akan
menjaga sikap sopan santun kita dalam menjalin hubungan atau interaksi dengan
orang lain sehingga tercipta kerukunan dan kedamaian hidup dalam bersosial.
D. SKALA RESPEK DIRI
Skala respek diri yang merupakan skala perbandingan
antara sikap respek terhadap diri kita yang di tuangkan dalam suatu metode yang
disebut Esra (Self Responsibility). Metode saya dapatkan ketika mengikuti
pelatihan menghadapi dunia kerja yang diadakan oleh Job Plecement Centre
Universitas Hasanuddin.
RANGE SKALA KETERANGAN RESPEK DIRI
100 Perfect, Pribadi yang sempurna
90 Motivator, Beraktualisasi, Dapat menginspirasi
orang
80 Aktif secara sosial tetapi bukan orang yang dapat
menginspirasi
70 Bukan Pemimpin hanya follower
60 Dapat menjaga diri untuk tidak bersalah
50 Sibuk sendiri
40 Selalu mengeluh
30 Suka berbohong, sulit diandalkan
20 Kriminal kecil-kecilan
10 Kriminal Besar-besaran
0Brutal
Keterangan: anda dapat mengetahui seberapa respek anda
terhadap diri anda dengan melihat table diatas, misalnya anda orang yang
kesehariannya suka mengeluh, ini berarti anda berada pada skala 40. Pada saat
sesorang mengalami perbaikan respek diri pada beberapa saat, ini hanya akan
menambah atau mengurangi skala respek diri anda pada kisaran 15 poin, oleh
karena itu jadilah orang yang kesehariannya (baca, kebiasaan) ialah orang yang
memiliki range 90 karena jika anda berada pada tiik terendah dalam hidup anda,
kemungkinan penurunan range hanya berada pada skala 70.
KESIMPULAN
Respek merupakan rasa hormat atau rasa kagum baik itu
kepada diri sendiri maupun orang lain. Untuk meraih respek terhadap orang lain
dan diri sendiri kita harus menjalin hubungan terlebih dahulu dan ada beberapa
prinsip dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Meraih respek terhadap diri
sendiri dan orang lain ada beberapa cara atau langkah-langkah yang dapat
diambil atau hal-hal yang perlu diperhatikan. Adapun untuk mengetahui seberapa
besar respek kita terhadap diri sendiri dapat menggunakan skala respek yaitu
metode Esra (Self Responsibility).
Jika kita respek terhadap diri sendiri atomatis kita
sudah respek terhadap orang lain. Jika kita bisa menghargai diri sendiri, kita
dapat memandang diri secara positif. Apabila kita memiliki pandangan positif,
kita bisa melihat kelemahan kita sebagai suatu kesempatan memperbaiki dan
mengembangkan diri. Kita juga melihat kekuatan kita sebagai anugerah yang dapat
kita manfaatkan untuk berbagi dengan orang-orang di sekitar kita. Dengan
demikian, kita bisa membuat diri kita berharga dan berguna bagi lingkungan kita
dan orang-orang di sekitar kita.
SARAN
Menghormati diri sangat penting dalam keyakinan
mengembangkan dan sikap positif. Cara Anda merasa tentang diri Anda dapat
mempengaruhi cara Anda memperlakukan orang lain dan interaksi Anda dengan
mereka. Anda mungkin berpikir bahwa menghormati diri sendiri adalah sederhana,
namun banyak orang tidak memberikan diri cukup rasa hormat. Kebenaran yang
menyedihkan adalah bahwa, jika Anda tidak menghormati diri sendiri, Anda
mungkin menemukan bahwa orang lain mungkin tidak memiliki rasa hormat untuk
Anda either.You juga dapat menemukan bahwa sulit untuk menghormati orang lain
ketika Anda tidak menghormati diri sendiri. Menghormati dimulai dengan Anda,
jadi belajar bagaimana menghormati diri sendiri
Abraham Maslow, seorang "Bapak" psikologi
modern, mengembangkan The Hierarchy of Needs. Ia menyatakan bahwa setiap
individu mempunyai kebutuhan dengan tingkatan yang berbeda. Kebutuhan pertama
adalah fisiologis (makan, minum, seks), kedua adalah rasa aman, ketiga adalah
kebutuhan bermasyarakat (dalam bersosialisasi dengan orang lain), keempat
adalah penghargaan pada diri sendiri maupun pada orang lain dan yang kelima
adalah kebutuhan akan aktualisasi diri (mewujudkan semua yang dicita-citakan).
Seseorang akan memenuhi kebutuhannya mulai dari
tingkat pertama, apabila telah terpenuhi maka ia akan melakukan pemenuhan
kebutuhan untuk tingkat-tingkat yang berikutnya.
Tetapi seperti yang ditulis oleh Stephen R. Covey
dalam buku "First Things First" Maslow merevisi teori The
Hierarchy of Needs-nya ia menyatakan bahwa aktualisasi diri bukanlah
kebutuhan terakhir yang dibutuhkan manusia, tetapi masih adalah tingkatan yang
lebih tinggi yaitu Self Transcendence. Artinya, hidup itu punya
suatu tujuan yang lebih tinggi dari dirinya (living for a purpose higher than
self).
Menghargai diri sendiri dan menghargai orang lain,
mana yang harus lebih dulu kita lakukan? Hargai dulu diri sendiri atau orang
lain? Jawabannya adalah penghargaan terhadap diri sendiri yang harus kita
lakukan. Tetapi hal ini bukan berarti bahwa kita harus meminta orang lain
menghargai diri kita lebih dahulu baru kita menghargai orang lain.
Kita tidak dapat menghargai orang lain sebelum kita
menghargai diri kita sendiri. Sebab orang yang tidak menghargai dirinya sendiri
maka ia tidak akan tau harga dirinya. Atau dapat juga dikatakan ia tidak
mempunyai harga diri (maaf: tidak tau malu). Dengan kata lain apakah bisa
diharapkan orang seperti ini dapat menghargai orang lain? Menghargai disini
adalah dalam arti positip yang bukan berupa materiil.
Seorang pengusaha memberikan hadiah kepada seorang
pejabat dengan tujuan agar pejabat tersebut dapat memberi ijin terhadap usaha
yang sedang dijalankannya. Apakah tindakan yang dilakukan oleh pengusaha
terhadap sang pejabat sebuah "Penghargaan"? Jawabannya Tidak
yang dilakukan sang pengusaha adalah "Memperdaya" sang pejabat
dengan mengharusnya untuk melakukan praktek KKN. Penghargaan yang dimaksud
disini adalah lebih bersifat mental bukan materiil. Oleh karena ini orang bisa
menghargai orang lain adalah orang yang mempunyai sikap mental positip.
Sebaliknya apabila orang yang menghargai orang lain dengan materiil berdalih
dibalik kata Penghargaan sebenarnya bukan "menghargai" tetapi
"memperdaya". Orang seperti ini biasanya memiliki sifat tidak percaya
diri, tidak mempunyai harga diri dan memiliki mental negatif.
Jadi untuk dapat menghargai orang lain terlebih dahulu
kita harus dapat menghargai diri kita sendiri, barulah kita dapat menghargai
orang lain. Hargai diri anda sendiri dulu baru anda menghargai orang lain dan
selanjutnya anda dapat mengharapkan orang lain menghargai diri anda.
Daftar
Pustaka
Linggasari,Ibnu. 22 oktober 2011“menhargai diri sendiri”http://ibnulinggasakti.wordpress.com/2010/05/03/menghargai-diri-sendiri/
Ariyanti,silvi. 26 Juli 2011.mulailah-bisnis-anda-dengan-cara-yang.http://silvi-ariyanti.blogspot.com/2011/07/mulailah-bisnis-anda-dengan-cara-yang.html
Harlin Arum,20 Oktober 2013 Mengamalkan Nilai-Nilai Sumpah Pemudahttp://arumtitisharlin.blogspot.com/2013/10/materi-soal-kunci-jawaban-pkn-kelas-iii.html
http://deathlock.wordpress.com/2008/05/09/simpati-respek-dan-keintiman/
(diakses tanggal 18 novenber 20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar