Minggu, 09 Oktober 2016

Bahan Ajar Menghargai Diri Sendiri dan Orang Lain #3


Bahan Ajar
Menghargai Diri Sendiri dan Orang Lain

Salah satu hal yang membantu kita menerima diri sendiri adalah dengan menghargai diri sendiri. Pandangan jelek terhadap diri sendiri, baik beralasan maupun tidak, sedikit banyak akan tercermin dalam sikap terhadap orang-orang disekitar kita. Misalnya, jika kita merasa tersiksa karena kita merasakan suatu kekurangan, rasa penyesalan itu akan tertumpuk dalam hati kita, yang kemudian tersalurkan dalam bentuk sikap permusuhan terhadap dunia luar. Sebaliknya jika kita belajar untuk menghargai dan bersikap ramah pada diri sendiri, maka sedikit banyak akan bisa menambah cinta kita kepada orang lain.
Bila kita tak sanggup memecahkan persoalan-persoalan kita diri sendiri, kita mulai membenci orang lain. Hasilnya adalah bisa dikatakan sebagai lingkaran setan yang akan menghancurkan diri sendiri, kita semua menghargai diri kita sendiri, dominan atau tidak, pd atau tidak pd, pintar atau tidak pintar, Sukses atau Gagal kita harus menghargai diri kita sendiri. Kalau kitak menghargai diri sendiri, bagaimana orang mau menghargai kita?
Jadi, pada pembahasan selanjutnya akan lebih di paparkan mengenai respek terhadap diri sendiri dan orang lain
A.    PENGERTIAN
Menurut kamus bahasa Inggris kata respect/respek diartikan sebagai :
1.    Mengormati
2.    Menaruh hormat
3.    Menghargai, dan menjunjung tinggi
4.    Mengakui dan menaati
Respek adalah rasa hormat. Bukan sekedar hormat saja, tapi juga hormat yang disertai rasa kekaguman. Bisa dibilang ini adalah tingkat lanjutan dari simpati. Respek bukan sekedar tertarik dan kagum karena hal-hal yang dilihat secara sekilas saja, tapi rasa respek terhadap orang tertentu baru muncul setelah seseorang mengetahui pribadi atau perbuatan si orang yang direspek dengan lebih dalam. Misalnya setelah berkenalan dengan seorang teman, kemudian dalam tempo waktu tertentu menyadari bahwa dia ahli dalam suatu bidang, bisa jadi timbul rasa respek terhadap teman itu. Respek tidak sama dengan rasa takut. Rasa hormat dan penghargaan adalah kasih sayang dan kesadaran bahwa diri adalah bagian dari sebuah masyarakat, dalam hal ini, masyarakat sekolah.
Jadi kesimpulannya, respek terhadap diri sendiri adalah rasa hormat dan kagum terhadap kemampuan diri sendiri. Sedangkan respek terhadap orang lain adalah rasa hormat-menghormati serta mengagumi kepribadian orang lain.
B.     Cara Menghargai (respek) Diri sendiri dan Orang Lain
Adapun cara yang dapat kita lakukan untuk menhargai diri kita sendiri atau respek terhadap diri sendiri yaitu:
1.      Menerima diri apa adanya
Sebagian besar manusia dilahirkan dengan bentuk fisik yang utuh. Tapi, masih saja merasa kurang dan mengeluhkan tentang ini dan itu. Memang banyak orang yang dianugerahi keindahan bentuk dan tampilannya. Tetapi kesempurnaan manusia tidak terletak pada keindahan fisiknya semata, melainkan perilaku, tabiat dan kemuliaan akhlaknya. kesempurnaan fisik bukanlah segala-galanya.
2.      Menghindari perilaku yang merusak diri.
Tanpa disadari, kita sering melakukan sesuatu yang merusak diri sendiri. Misalnya, cara berkendara yang ugal-ugalan.
3.      Memupuk rasa malu.
Rasanya tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa rasa malu itu merupakan salah satu indikasi utama yang membedakan antara orang yang waras dengan para penderita skizofrenia.. Bayangkan jika kita tidak memiliki rasa malu. Kita pasti akan melakukan semua hal yang tidak sesuai dengan norma. Jika sudah demikian, masih adakah harga diri kita? Orang justru dihargai karena penempatan rasa malunya secara tepat. Maka memupuk rasa malu adalah kebutuhan mutlak untuk menjaga harga diri kita sendiri.
4.      Menjaga nama baik.
Tidak ada yang mau menghargai orang-orang yang tidak mempunyai nama baik. Jika nama  sudah tercemar, maka orang pun akan segera menjauhi kita. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk menjaga nama baik. Apalagi jika kita sadar bahwa ketika melakukan suatu perbuatan melanggar norma, sesungguhnya kita tidak hanya mempertaruhkan nama baik kita sendiri, melainkan juga nama baik keluarga, dan orang-orang terdekat kita.
5.      Menjaga perilaku tetap baik.
Hadiah paling indah yang bisa kita berikan kepada diri sendiri adalah amal baik yang kita lakukan selama hidup.
6.      Kenali Diri Sendiri
Mengenali diri merupakan bagian tersulit dalam proses menghargai diri. Mengenali diri merupakan sebuah proses yang menuntut kejujuran kita dalam melihat dan mengevaluasi diri. Hanya dengan kejujuran inilah kita bisa mengidentifikasi keunggulan kita dan hal-hal dalam diri kita yang masih perlu kita perbaiki ataupun kembangkan lebih lanjut. Dengan mengenal diri kita dengan baik, kita bisa memilih strategi terbaik untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Jika kita telah mengenal diri dengan baik, kita bisa memahami kekuatan kita yang bisa kita “bagikan” kepada orang lain. Kita juga bisa memahami apa yang bisa kita pelajari dari orang lain.
7.      Menghargai Diri sebagai Ciptaan Tuhan
Menghargai diri sebagai ciptaan Tuhan membuat kita tetap rendah hati walaupun telah diberi kesempatan menikmati banyak kesuksesan. Menghargai diri sebagai ciptaan Tuhan juga dapat membuat kita lebih tegar dalam menyikapi kelemahan kita. Semua ciptaan Tuhan adalah sempurna menurut fungsi dan tanggung jawab yang kita emban dalam hidup ini. Kita tidak perlu meratapi diri dalam menghadapi kelemahan yang tidak bisa diperbaiki. Kelemahan ini membuat kita mendapat kesempatan melihat hal-hal lain yang bisa kita lakukan bukan terpaku pada hal-hal yang tidak bisa kita lakukan lagi.
8.       Sadari bahwa kita ini unik
Yakinlah bawwa diri kita adalah unik dan tidak ada yang bisa menduplikasi dari keunikan kita. Dari jumlah manusia yang milyar angkanya , tidak ada yang seperti kita sebelum kita hadir di dunia ini, dan tidak ada yang seperti kita pada saat kita ada didunia ini, lebih lagi di masa akan datang tidak aka nada yang bergerak, berbicara dan berpikir sama persis seperti kita.
9.       Atasi Kelemahan diri
langkah yang satu ini sering kali sulit kita lakukan. Kita seringkali tidak mau mengakui kelemahan kita. Kita sering kali mengandalkan penilaian orang lain semata terhadap kelemahan kita. Padahal sebenarnya jika kita jujur, kitalah orang yang seharusnya lebih tahu kelemahan kita sendiri. Jika kita jujur, kita mungkin mendapatkan bahwa kelemahan kita mungkin saja bukan kelemahan, tetapi kesalahan yang kita lakukan: kebiasaan buruk (misalnya: kebiasaan menunda pekerjaan, kebiasaan melakukan terlalu banyak pekerjaan dalam kurun waktu tertentu; sikap negatif (misalnya: lupa berterima kasih pada orang-orang yang telah banyak membantu, lebih suka melakukan segala sesuatu sendiri tanpa melibatkan orang lain); atau cara pandang yang salah terhadap kesuksesan dan strategi untuk meraih sukses.
10.  Kembangkan Diri Anda
Setelah kita mampu mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan kita, kita perlu membiarkan diri kita dibentuk menjadi lebih baik. Dalam hal ini kita tidak bisa melakukannya sendirian. Selain berusaha, kita perlu juga mengandalkan Sang Pencipta untuk membantu usaha pengembangan diri kita.
 Adapun cara untuk meraih respek terhadap orang lain adalah:
• Jangan orang menghina atau mengolok-olok mereka.
• Mendengarkan orang lain ketika mereka berbicara.
• Nilai orang lain pendapat.
• Pertimbangkan kesukaan dan ketidaksukaan orang lain.
• Jangan mengejek atau menggoda orang .
• Jangan bicara tentang orang-orang di belakang mereka .
• Jadilah peka terhadap perasaan orang lain .
• Jangan menekan seseorang untuk melakukan sesuatu yang dia tidak ingin melakukannya
1.    beberapa cara kita bisa menghormati orang yang berbeda dari kita:
• Cobalah untuk belajar sesuatu dari orang lain .
• Jangan Pernah stereotip orang .
• Menunjukkan minat dan penghargaan untuk budaya dan latar belakang orang lain.
• Jangan pergi bersama dengan prasangka dan sikap rasis .

Menghargai diri sendiri, kedengarannya agak egois ya? Tidak juga. Toh artinya tidak sama dengan narsis. Harga diri seseorang justru bisa meningkatkan nilai-nilai moral dan budaya umat manusia. Seseorang yang dikenal berperilaku buruk – misalnya – sering dinilai merendahkan martabat lingkungan tempat tinggalnya. Faktanya, komunitas yang terdiri dari orang-orang yang mampu menjaga harga dirinya jauh lebih terhormat dari komunitas lain yang terdiri dari orang-orang yang tidak pandai menjaganya. Makanya, orang yang dinilai tidak punya harga diri sering disisihkan dari lingkungan yang baik. Jadi menghargai diri sendiri itu bukan sekedar mementingkan diri sendiri, melainkan bentuk penghargaan kita kepada lingkungan dimana kita berada juga. Sekalipun demikian, harga diri seseorang tidak mungkin terbentuk jika dia sendiri tidak menghargainya. Maka setiap orang perlu belajar untuk menghargai dirinya sendiri.
Harga diri seseorang bukanlah barang komoditas yang nilainya ditentukan oleh kesepakatan transaksi antara penjual dan pembeli. Nilai sebuah harga diri semakin tinggi bukan karena dia tidak mau menjualnya. Jika turun sampai ke tingkat serendah-rendahnya pun bukan karena dia mau menjualnya. Nilai sebuah harga diri tergantung kepada bagaimana orang itu memberi nilai kepada hidupnya sendiri. Makanya hukum supply & demand tidak berlaku disini. Hukum itu sangat dipengaruhi oleh kuantitas. Maka meski kualitasnya buruk, kalau supplynya tidak bisa memenuhi demand, pasti harganya jadi tinggi. Sedangkan manusia itu unik, dan hanya satu-satunya sehingga harga diri tidak mengenal kuantitas. Dia hanya memiliki satu dimensi, yaitu kualitas. Kualitas diri seseoranglah yang paling menentukan harga dirinya. Jika orang itu berkualitas baik, maka harga dirinya juga baik. Jika perilakunya buruk, maka harga dirinya pasti jatuh terpuruk. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar meningkatkan harga diri, saya ajak memulainya dengan mempraktekkan 5 pemahaman Natural Intellligence berikut ini:

1. Menerima diri apa adanya.

Sebagian besar manusia dilahirkan dengan bentuk fisik yang utuh. Tapi, masih saja merasa kurang dan mengeluhkan tentang ini dan itu. Memang banyak orang yang dianugerahi keindahan bentuk dan tampilannya. Tetapi kesempurnaan manusia tidak terletak pada keindahan fisiknya semata, melainkan perilaku, tabiat dan kemuliaan akhlaknya. Banyak orang yang tidak mengimbangi keutuhan fisiknya dengan keteguhan, dan daya juang. Sehingga meskipun tubuhnya lengkap, tetapi mentalnya lembek. Padahal, kita melihat banyak teladan yang ditunjukkan oleh mereka yang anggota badannya tidak selengkap kita. Dalam segala keterbatasan fisiknya, mereka terus berkarya dan memberi makna. Banyak juga contoh orang yang terjerumus kepada hal-hal nista justru karena dikaruniai ketampanan atau kecantikan yang mempesona. Padahal dengan kenistaan itu, nilai kemanusiaannya dicemari ciri hewani. Sedangkan seseorang yang lahir dengan keterbatasan fisik justru terjaga kesucian dirinya. Jelas sekali jika kesempurnaan fisik bukanlah segala-galanya. Maka pantas jika kita menerima saja diri kita apa adanya, lalu menghiasinya dengan semangat, perilaku, dan akhlak yang baik.

2. Menghindari perilaku yang merusak diri.
Tanpa disadari, kita sering melakukan sesuatu yang merusak diri sendiri, lho. Misalnya, cara berkendara yang ugal-ugalan. Tidak usah mengalami insiden dulu dong untuk menyadarinya. Jika dikantor bertindak selenge’an dan semaunya sendiri, itu juga berarti merusak diri sendiri. Jangan berharap karir Anda akan bagus jika berperilaku demikian. Sebaliknya, cara berkendara yang santun itu bukan hanya menunjukkan penghormatan kepada orang lain, melainkan wujud betapa kita menghargai diri sendiri. Begitu pula dengan perilaku baik di kantor. Bukan semata-mata takut kepada atasan, segan pada pelanggan atau enggan berurusan dengan teman. Itu semua Anda lakukan untuk menjaga diri Anda sendiri. Mengapa? Jika kulit Anda sampai lecet tergores aspal, Anda sendiri yang rugi. Masih untung jika cuma lecet, ya kan? Jika penilaian kerja Anda buruk karena perilaku yang tidak koperatif, kan Anda juga yang merasakan dampak negatifnya. Soal ini, tidak ada orang yang bisa menghindarinya selain diri Anda sendiri. Maka, penting bagi kita untuk selalu menghindari perilaku yang merusak diri.

3. Memupuk rasa malu.
Rasanya tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa rasa malu itu merupakan salah satu indikasi utama yang membedakan antara orang yang waras dengan para penderita skizofrenia. Coba saja, Anda pasti malu kan untuk jalan-jalan didepan umum tanpa busana? Normalnya, kita akan merasa malu jika perbuatan buruk kita diketahui oleh orang lain. Kita malu jika ketahuan berbohong. Kita malu jika kepergok mengambil sesuatu yang bukan hak kita. Kita juga malu kalau diekspose oleh media karena tindakan-tindakan tidak pantas yang kita lakukan. Bayangkan jika kita tidak memiliki rasa malu. Kita pasti akan melakukan semua hal yang tidak sesuai dengan norma. Jika sudah demikian, masih adakah harga diri kita? Orang justru dihargai karena penempatan rasa malunya secara tepat. Malu jika harus melakukan keburukan, sehingga dia berusaha berperilaku baik. Malu jika cepat menyerah sehingga dia terdorong untuk menjadi pribadi tangguh. Malu jika harus membebani orang lain sehingga dia berusaha keras untuk lebih mandiri. Sedangkan kepada orang yang tidak tahu malu? Tak seorang pun menghargainya. Maka memupuk rasa malu adalah kebutuhan mutlak untuk menjaga harga diri kita sendiri.

4. Menjaga nama baik.
Tidak ada yang mau menghargai orang-orang yang tidak mempunyai nama baik. Jika nama Anda sudah tercemar, maka orang pun akan segera menjauhi Anda. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk menjaga nama baik. Jika sudah tercemar, bukan saja Anda akan tersingkir, tetapi juga sangat sulit untuk membangunnya kembali. Sekarang, coba perhatikan; apa saja sih yang bisa merusak nama baik seseorang? Perilaku buruk, tindakan asusila, dan pelanggaran terhadap norma umum lainnya. Maka menjaga nama baik itu sebenarnya sederhana saja. Cukup dengan berperilaku baik saja, pasti kita bisa menjaga nama baik. Bagaimana dengan perbuatan asusila? Setiap orang yang ‘ketahuan’ telah melakukannya pasti kehilangan nama baiknya. Maka, sebaiknya hindari hal itu. Jika sudah pernah kejadian? Masih ada kesempatan untuk tidak mengulanginya, bukan? Apalagi jika kita sadar bahwa ketika melakukan suatu perbuatan melanggar norma, sesungguhnya kita tidak hanya mempertaruhkan nama baik kita sendiri, melainkan juga nama baik keluarga, kantor, dan orang-orang terdekat kita.

5. Menjaga perilaku tetap baik.
Hadiah paling indah yang bisa kita berikan kepada diri sendiri adalah amal baik yang kita lakukan selama hidup. Mengapa? Karena amal baik tidak pernah rusak atau musnah. Semuanya akan tetap menjadi milik kita di dunia maupun di akhirat. Dengan perilaku baik, kita disukai oleh orang-orang yang merasakan manfaat dari amalan kita. Maka hidup kita didunia menjadi lebih bernilai. Dengan perilaku baik itu, kita juga disayang oleh Tuhan. Bayangkan jika Anda bisa mendapatkan penghargaan dari sesama manusia sekaligus kasih sayang dari Tuhan. Bukankah ini yang menjadikan hidup Anda sempurna? Aneh juga jika kita mengharapkan kebaikan didunia dan diakhirat sambil terus berbuat nista. Mungkin kita merasa aman karena tak seorang pun tahu perbuatan kita, sehingga mereka tetap menaruh hormat. Mungkin kita juga tenang-tenang saja karena uang kita bisa membeli pengampunan para penjual keadilan. Tapi, apa yang bisa Anda lakukan dihadapan Tuhan yang tidak pernah lengah mengawasi dan tidak membutuhkan apapun dari Anda? Sungguh, perilaku yang baik itulah yang bisa mengantarkan kita kepada pengkabulan doa untuk bisa meraih kebahagiaan didunia dan diakhirat kelak.

Semua orang dimuka bumi ini mempunyai satu sifat baik yang berlaku secara universal, yaitu; menghargai pribadi-pribadi yang baik. Maka jika Anda ingin dihargai oleh orang lain, Anda tidak perlu membelinya. Anda hanya perlu memastikan diri Anda sendiri sebagai orang yang baik. Jagalah harga diri Anda dengan perilaku baik. Bersikap baik. Bekerja dengan baik. Bergaul dengan orang-orang yang baik. Memperlakukan orang lain dengan cara yang baik. Maka harga diri Anda akan dengan sendirinya menanjak naik. Dengan cara itu, Anda bukan hanya menghargai diri sendiri. Tetapi telah menunjukkan kepada orang lain, bahwa Anda adalah seorang pribadi yang layak untuk dihargai.

Mari Berbagi Semangat!
Penulis : Dadang Kadarusman

Catatan Kaki:
Cara terbaik untuk menjaga harga diri kita adalah dengan hanya melakukan tindakan-tindakan baik, dan menjauhi perbuatan buruk.
C.           PRINSIP MEMBINA HUBUNGAN DENGAN ORANG LAIN MAUPUN DIRI SENDIRI
Untuk Mendapatkan Respek Terhadap Diri Sendiri Maupun Orang Lain Terlebih Dahulu Kita Menjalin Hubungan Dengan Orang Lain Dan Diri Sendiri Dengan Beberapa Prinsip Yaitu:
1.      Pahami Karakter diri dan Orang Lain.
Menurut Florence Littauer, dalam bukunya yang berjudul Personality Plus, karakter/watak berbeda dengan kepribadian. Karakter adalah diri kita yang sesungguhnya, sedangkan kepribadian adalah seperti pakaian yang kita kenakan. Kepribadian dapat kita ubah, sedangkan karakter tidak. Setiap manusia memiliki keunikan masing-masing. Tidak ada dua orang yang sama persis. Setiap orang dilahirkan dengan ciri khas karakter sendiri. Karakter kita tidak akan berubah. Yang bisa berubah adalah kepribadian kita.
2.      Ciptakan Spiral Kehidupan Positif.
Kehidupan ini seperti layaknya sebuah spiral. Kadang-kadang spiral positif, yaitu spiral yang membesar ke atas. Hal ini terjadi ketika segala sesuatu berjalan dengan baik, kita menjadi semakin percaya diri dan optimis, dan hidup kita menjadi penuh berkat, akibatnya kita memiliki sikap yang positif terhadap orang lain dan menjadikan hubungan kita dengan orang lain menjadi lebih baik. Sebaliknya spiral negatif, atau spiral yang mengecil ke atas, ketika segala sesuatu menjadi tidak beres dan kacau, kehidupan kita penuh dengan kegagalan dan kesulitan, kita menjadi semakin tertekan dan akibatnya mempengaruhi hubungan kita dengan orang lain.
3.      Fokus pada Kekuatan bukan Kelemahan.
Untuk membangun hubungan yang kokoh dan berlanjut untuk masa yang panjang, kita perlu kemampuan untuk memfokuskan diri pada kekuatan kita atau kekuatan orang lain, bukan pada kelemahan. Cobalah untuk mempelajari apa yang menjadi kekuatan kita dalam berhubungan dengan orang lain. Selain itu kita harus juga dapat melihat kekuatan atau hal-hal positif yang dimiliki orang lain, sehingga kita dapat bersikap adil terhadap setiap orang. Karena setiap orang memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing. Dengan memfokuskan pada kekuatan, kita dapat senantiasa memperkuat fondasi dari setiap hubungan yang kita bangun dengan orang lain.
4.      Kembangkan Komunikasi Empatik.
Salah satu kebiasaan manusia yang efektif yang dirumuskan oleh Stephen Covey (7 Habits of Highly Effective People) adalah prinsip komunikasi empatik, yang berarti berusaha mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti. Hal ini memerlukan perubahan paradigma yang sangat mendalam. Kita biasanya berusaha lebih dahulu untuk dimengerti. Kebanyakan orang mendengarkan orang lain tidak dengan maksud untuk mengerti, mereka mendengar dengan maksud untuk menjawab. Orang Jawa mengenal prinsip ini dengan istilah tepo sliro, artinya kita menempatkan diri kita pada situasi orang lain, sehingga kita bisa lebih memahami perilaku orang lain kepada kita.
5.      Pujian yang Tulus dan Teguran yang Tepat.
Kita dapat membuat orang lain atau diri kita sendiri menjadi lebih baik dengan cara memberikan pujian, dorongan dan kata-kata atau gesture yang positif. Peliharalah hubungan Anda dengan orang lain. Pelihara dan rawatlah hubungan pribadi kita. Kapan terakhir kita mengatakan kepada istri bahwa kita mencintainya? Kapan terakhir mengatakan kepada seseorang bahwa kita berterima kasih atas dukungan, perhatian, dan kerja samanya? Jika hal ini dikatakan dengan sepenuh hati dapat menjadi sangat berarti.
6.      Kehidupan Seperti Gema.
Kehidupan adalah seperti gema. Apa yang kita kirimkan ke luar – kembali lagi. Apa yang kita tabur – kita panen. Apa yang kita berikan – kita peroleh. Apa yang kita lihat pada diri orang lain – ada dalam diri kita. Merupakan hukum alam bahwa apa yang kita terima dari orang lain adalah akibat dari apa yang kita berikan. Kita bisa mendapatkan segala-galanya yang kita inginkan dalam kehidupan, jika kita cukup banyak membantu orang lain mendapatkan apa yang mereka inginkan.
7.      Mulai dengan Apa yang dipikirkan.
Jika apa yang Anda pikirkan mengenai orang lain berubah, maka sikap dan tindakan mereka terhadap Anda juga akan berubah. Karena manusia sangat sensitif satu sama lain dalam banyak hal, kita biasanya sangat peka terhadap apa yang dipikirkan oleh satu sama lainnya.
D. MANFAAT RESPEK TERHADAP DIRI  SENDIRI  DAN ORANG LAIN
Memiliki rasa hormat (Respek) pada diri sendiri akan membimbing moral kita dan dapat memahami diri sendiri sehingga mengetahui kelemahan dan kekurangan diri sendiri serta potensi dan kemampuan yang ada dalam diri sendiri. memiliki rasa hormat (respek) terhadap orang lain akan menjaga sikap sopan santun kita dalam menjalin hubungan atau interaksi dengan orang lain sehingga tercipta kerukunan dan kedamaian hidup dalam bersosial.
D.    SKALA RESPEK DIRI
Skala respek diri yang merupakan skala perbandingan antara sikap respek terhadap diri kita yang di tuangkan dalam suatu metode yang disebut Esra (Self Responsibility). Metode saya dapatkan ketika mengikuti pelatihan menghadapi dunia kerja yang diadakan oleh Job Plecement Centre Universitas Hasanuddin.
RANGE SKALA KETERANGAN RESPEK DIRI
100 Perfect, Pribadi yang sempurna
90 Motivator, Beraktualisasi, Dapat menginspirasi orang
80 Aktif secara sosial tetapi bukan orang yang dapat menginspirasi
70 Bukan Pemimpin hanya follower
60 Dapat menjaga diri untuk tidak bersalah
50 Sibuk sendiri
40 Selalu mengeluh
30 Suka berbohong, sulit diandalkan
20 Kriminal kecil-kecilan
10 Kriminal Besar-besaran
0Brutal
Keterangan: anda dapat mengetahui seberapa respek anda terhadap diri anda dengan melihat table diatas, misalnya anda orang yang kesehariannya suka mengeluh, ini berarti anda berada pada skala 40. Pada saat sesorang mengalami perbaikan respek diri pada beberapa saat, ini hanya akan menambah atau mengurangi skala respek diri anda pada kisaran 15 poin, oleh karena itu jadilah orang yang kesehariannya (baca, kebiasaan) ialah orang yang memiliki range 90 karena jika anda berada pada tiik terendah dalam hidup anda, kemungkinan penurunan range hanya berada pada skala 70.
KESIMPULAN
Respek merupakan rasa hormat atau rasa kagum baik itu kepada diri sendiri maupun orang lain. Untuk meraih respek terhadap orang lain dan diri sendiri kita harus menjalin hubungan terlebih dahulu dan ada beberapa prinsip dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Meraih respek terhadap diri sendiri dan orang lain ada beberapa cara atau langkah-langkah yang dapat diambil atau hal-hal yang perlu diperhatikan. Adapun untuk mengetahui seberapa besar respek kita terhadap diri sendiri dapat menggunakan skala respek yaitu metode Esra (Self Responsibility).
Jika kita respek terhadap diri sendiri atomatis kita sudah respek terhadap orang lain. Jika kita bisa menghargai diri sendiri, kita dapat memandang diri secara positif. Apabila kita memiliki pandangan positif, kita bisa melihat kelemahan kita sebagai suatu kesempatan memperbaiki dan mengembangkan diri. Kita juga melihat kekuatan kita sebagai anugerah yang dapat kita manfaatkan untuk berbagi dengan orang-orang di sekitar kita. Dengan demikian, kita bisa membuat diri kita berharga dan berguna bagi lingkungan kita dan orang-orang di sekitar kita.
SARAN
Menghormati diri sangat penting dalam keyakinan mengembangkan dan sikap positif. Cara Anda merasa tentang diri Anda dapat mempengaruhi cara Anda memperlakukan orang lain dan interaksi Anda dengan mereka. Anda mungkin berpikir bahwa menghormati diri sendiri adalah sederhana, namun banyak orang tidak memberikan diri cukup rasa hormat. Kebenaran yang menyedihkan adalah bahwa, jika Anda tidak menghormati diri sendiri, Anda mungkin menemukan bahwa orang lain mungkin tidak memiliki rasa hormat untuk Anda either.You juga dapat menemukan bahwa sulit untuk menghormati orang lain ketika Anda tidak menghormati diri sendiri. Menghormati dimulai dengan Anda, jadi belajar bagaimana menghormati diri sendiri
Abraham Maslow, seorang "Bapak" psikologi modern, mengembangkan The Hierarchy of Needs. Ia menyatakan bahwa setiap individu mempunyai kebutuhan dengan tingkatan yang berbeda. Kebutuhan pertama adalah fisiologis (makan, minum, seks), kedua adalah rasa aman, ketiga adalah kebutuhan bermasyarakat (dalam bersosialisasi dengan orang lain), keempat adalah penghargaan pada diri sendiri maupun pada orang lain dan yang kelima adalah kebutuhan akan aktualisasi diri (mewujudkan semua yang dicita-citakan).

Seseorang akan memenuhi kebutuhannya mulai dari tingkat pertama, apabila telah terpenuhi maka ia akan melakukan pemenuhan kebutuhan untuk tingkat-tingkat yang berikutnya.

Tetapi seperti yang ditulis oleh Stephen R. Covey dalam buku "First Things First" Maslow merevisi teori The Hierarchy of Needs-nya ia menyatakan bahwa aktualisasi diri bukanlah kebutuhan terakhir yang dibutuhkan manusia, tetapi masih adalah tingkatan yang lebih tinggi yaitu Self  Transcendence. Artinya, hidup itu punya suatu tujuan yang lebih tinggi dari dirinya (living for a purpose higher than self).

Menghargai diri sendiri dan menghargai orang lain, mana yang harus lebih dulu kita lakukan? Hargai dulu diri sendiri atau orang lain? Jawabannya adalah penghargaan terhadap diri sendiri yang harus kita lakukan. Tetapi hal ini bukan berarti bahwa kita harus meminta orang lain menghargai diri kita lebih dahulu baru kita menghargai orang lain.

Kita tidak dapat menghargai orang lain sebelum kita menghargai diri kita sendiri. Sebab orang yang tidak menghargai dirinya sendiri maka ia tidak akan tau harga dirinya. Atau dapat juga dikatakan ia tidak mempunyai harga diri (maaf: tidak tau malu). Dengan kata lain apakah bisa diharapkan orang seperti ini dapat menghargai orang lain? Menghargai disini adalah dalam arti positip yang bukan berupa materiil.

Seorang pengusaha memberikan hadiah kepada seorang pejabat dengan tujuan agar pejabat tersebut dapat memberi ijin terhadap usaha yang sedang dijalankannya. Apakah tindakan yang dilakukan oleh pengusaha terhadap sang pejabat sebuah "Penghargaan"? Jawabannya Tidak yang dilakukan sang pengusaha adalah "Memperdaya" sang pejabat dengan mengharusnya untuk melakukan praktek KKN. Penghargaan yang dimaksud disini adalah lebih bersifat mental bukan materiil. Oleh karena ini orang bisa menghargai orang lain adalah orang yang mempunyai sikap mental positip. Sebaliknya apabila orang yang menghargai orang lain dengan materiil berdalih dibalik kata Penghargaan sebenarnya bukan "menghargai" tetapi "memperdaya". Orang seperti ini biasanya memiliki sifat tidak percaya diri, tidak mempunyai harga diri dan memiliki mental negatif. 

Jadi untuk dapat menghargai orang lain terlebih dahulu kita harus dapat menghargai diri kita sendiri, barulah kita dapat menghargai orang lain. Hargai diri anda sendiri dulu baru anda menghargai orang lain dan selanjutnya anda dapat mengharapkan orang lain menghargai diri anda.




Daftar Pustaka

Linggasari,Ibnu. 22 oktober 2011“menhargai diri sendiri”http://ibnulinggasakti.wordpress.com/2010/05/03/menghargai-diri-sendiri/

Ariyanti,silvi. 26 Juli 2011.mulailah-bisnis-anda-dengan-cara-yang.http://silvi-ariyanti.blogspot.com/2011/07/mulailah-bisnis-anda-dengan-cara-yang.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar